Pages

Senin, 03 Juni 2013

cara menbuar pakan ternak basah dan kering.

PENDAHULUAN Teknologi Peternakan dalam dunia usaha ternak merupakan suatu elemen strategi dan sekaligus menjadi prasarat dalam peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan sistem agribisnis peternakan di Indonesia. Disamping jenis-jenis teknologi yang berasal dari hasil-hasil penelitian Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi, juga sudah berkembang jenis-jenis teknologi yang berasal dari luar negeri. Dalam pelaksanaan usaha ternak diperlukan suatu manajemen yang baik dan terukur yang dapat memberikan arah yang tepat bagi masa depan usaha ternak itu sendiri. Sistem pemeliharaan yang benar-benar mengacu kepada prinsip-prinsip dasar penanganan ternak dalam optimalisasi produksi dengan penerapan bioteknologi pada technical services merupakan metode yang umumnya dipakai oleh manajemen, disamping penggunakaan teknologi dalam membantu kelancaran sistem itu sendiri. Teknologi dalam sistem pengelolaan produksi ternak ini disebut Teknologi Produksi. Teknologi produksi merupakan prosedur yang terdiri atas rangkaian teknis penanganan proses keseluruhan produksi untuk memberikan kemudahan dalam penanganan, pengawasan dan pengendalian pada usaha ternak. Penanganan, pengawasan dan pengendalian ini sangat berhubungan dengan kualitas hasil produksi. Terdapat 5 (lima) pokok bahasan tentang teknologi produksi dalam usaha peternakan, yaitu: 1. Teknologi yang berhubungan dengan Hijauan Pakan Ternak. Pokok bahasan ini memberikan gambaran tentang teknologi pakan yang digunakan pada ternak ruminansia, sedangkan pembahasan mengenai berbagai bahan baku pakan konsentrat, terutama yang merupakan sumberdaya lokal untuk setiap jenis ternak telah terangkum dalam Modul Tatalaksana Pemeliharaan Ternak dan Modul Pengetahuan Pakan Ternak. 2. Teknologi reproduksi. Sistim perkawinan ternak melalui Inseminasi Buatan dan atau Transfer Embryo dan penterentakan birahi akan menghasilkan bibit ternak dengan mutu genetis yang tinggi dan efisiensi biaya apabila dilakukan dengan cara yang benar dan tepat waktu. 3. Teknologi yang berhubungan Tatalaksana Pemeliharaan Teknologi ini meliputi tatacara memelihara ternak sesuai dengan tingkat umur dan produksi, termasuk jenis dan tipe ternak dan kandang, kapasitas optimal, sistim pemeliharaan, dsb. Pembahasan ini telah terangkum dalam Modul Tatalaksana Pemeliharaan Ternak. 4. Teknologi yang berhubungan dengan kebersihan susu (milk hygiene) Kualitas susu ditentukan oleh kebersihan lingkungan, ternak dan pemerah, serta peralatan yang digunakan 5. Teknologi yang berhubungan dengan Pengolahan hasil teknologi pengolahan hasil, yaitu yang meliputi berbagai jenis cara pengolahan susu menjadi berbagai produk, seperti pasteurisasi, es putar susu, yoghurt, permen karamel, kerupuk, tahu susu (dadih). Dari 5 pembahasan di atas hanyak 3 pembahasan yaitu teknologi reproduksi, teknologi kebersihan susu, dan teknologi pengolahan hasil. II TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN TERNAK Hijauan Makanan Ternak (Forages) merupakan bahan makanan atau pakan utama bagi kehidupan ternak serta merupakan dasar dalam usaha pengembangan peternakan terutama untuk ternak ruminansia termasuk didalamnya sapi perah, sapi potong (pedaging). Untuk meningkatkan produktivitas ternak, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah penyediaan pakan hijauan sepanjang tahun baik kualitas dan kuantitas yang cukup agar pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak untuk mempertahankan kelestarian hidup dan keutuhan alat tubuh ternak (kebutuhan hidup pokok) dan tujuan produksi (kebutuhan produksi) dapat berkesinambungan. Hal ini dimungkinkan bila kita mampu mengelola strategi penyediaan pakan hijauan baik rumput maupun legum. Di Indonesia dengan kondisi iklim dan tanah yang subur membuat peternak tidak pernah memikirkan dan merencanakan penyediaan pakan hijauan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Sebagian besar peternak umumnya belum memiliki lahan yang cukup untuk budidaya hijauan, bahkan ada yang tidak memiliki lahan kebun rumput. Keterbatasan lahan untuk penanaman hijauan merupakan kendala bagi peternak. Di samping itu para peternak belum mengupayakan lahan kebun rumputnya dikelola secara baik dan efektif sehingga produktivitasnya belum optimal. Produksi rumput dari kebun rumput bila dipelihara secara optimum pada bulan basah akan menghasilkan hijauan yang maksimum, tetapi hal ini perlu dilakukan penanganan secara baik dan benar untuk dijadikan cadangan pada musim kemarau, sehingga memenuhi kebutuhan hijauan untuk ternaknya baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini dapat dilakukan jika sistem pengelolaan penyediaan hijauan dari pemotongan kemudian diberikan langsung kepada ternak, menjadi dari kebun rumput ke gudang hijauan baru diberikan kepada ternak. Perubahan ini tidak mudah tetapi jika dicoba akan memberikan hasil yang efisien dan efektif dengan memfungsikan gudang pakan sebagai sentral manajemen pakan. Pada lingkup gudang pakan inilah perencanaan pakan peternak bermula, dari mulai panen hijauan hingga prosesing hijauan untuk persediaan dimusim sulit pakan. Penyediaan hijauan sepanjang tahun dengan teknik yang sederhana dan murah dapat terlaksana tergantung kepada kemapuan dan kemauan dari setiap pengelola kandang dalam pemeliharaan ternaknya. Beberapa cara pengolahan hijauan untuk menyediakan hijauan sepanjang tahun antara lain : 1. Pengolahan dengan pembuatan silase (proses fermentasi dengan tidak mengubah zat gizi hijauan tersebut) 2. Pengolahan dengan pembuatan hay (proses penyimpanan secara kering dengan mengurangi kandungan air hijauan tersebut) 3. Pengolahan dengan proses amoniasi (proses pengolahan dengan bantuan urea (NH3) untuk meningkatkan kandungan protein kasar dan mengurangi kandungan lignin) A. SILASE Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain-lain dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang diisikan dalam sebuah silo (dalam suasana silo). Pada silo, bakteri asam laktat akan mengkonsumsi gula pada bahan material dan akan terjadi proses fermentasi asam laktat dalam kondisi anaerob. Terbentuknya silase sebagai akibat pengaruh fermentasi asam laktat yang bermanfaat, dan disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan tingkat kehilangan nutrisi untuk fermentasi seperti : pH yang rendah dan stabil, asam laktat, gas karbondioksida (CO2), gas nitrogen, dan lain-lain. Pada dasarnya, jika tanaman hijauan cacahan dibiarkan di udara terbuka akan mengakibatkan penurunan nilai karena adanya aktivitas mikroorganisme yang bersifat aerob. Salah satu jalan untuk mencegah penurunan ini dengan menyiapkan pembuatan silase dengan menggunakan fermentasi asam laktat pada kondisi anaerob. Fermentasi asam laktat dipengaruhi oleh hubungan antara faktormikro biologi, kimia, dan fisik Asimilasi Pakan Hijauan + 6H2O + 6 CO2 + 673 Kcal C6 H12 O6 + 6O2 (Pakan Hijauan) (Air) (Karbon (Energi Respirasi (Gula) (Oksigen) Dioksida) Cahaya) Terdapat beberapa metode pengolahan hijauan menjadi silase tergantung dari bahan pengawet yang digunakan. Dibawah ini terdapat bahan pengawet dan dosis yang digunakan yang dapat menjadi pedoman bagi peternak dalam pengolahan silase. Persiapan Dasar untuk Mendapatkan Kualitas Silase yang Baik adalah: 1. Udara dalam silo. Fermentasi silase adalah fermentasi asam laktat dalam kondisi anaerob, oleh karena itu pengisian bahan dilakukan dalam waktu yang singkat dan segera ditutup dengan baik. 2. Kandungan air dalam bahan lebih baik berada pada kisaran 60 – 70 %. 3. Kandungan gula dalam bahan .Kandungan gula yang larut dalam air pada bahan kering lebih dari 12% dan 3% pada bahan segar. Jika kandungan gula tidak cukup tersedia dalam bahan , maka perlu ditambahkan gula. 4. Penyimpanan harus berada pada suhu yang serendah mungkin. Jangan lakukan diatas meja, tetapi faktor penting lainnya adalah 5. Pemotongan atau pencacahan bahan. 6. Pemadatan atau penekanan perlu dilakukan untuk meningkatkan isi silase Tabel. Jenis, Karakteristik dan Jumlah Bahan Pengawet yang Harus Ditambahkan B. JERAMI (HAY) Keadaan Alam mempengaruhi ketersediaan hijauan padang penggembalaan, dimusim kering akan berkurang hasilnya. Hasil berlebih di musin basah dapat diawetkan dengan mengeringkan hijauan (hay) Jerami (hay) adalah hijauan rumput, legum atau limbah hasil pertanian yang dikeringkan yang dijadikan Keadaan Alam mempengaruhi ketersediaan hijauan padang penggembalaan, dimusim kering akan berkurang hasilnya. Hasil berlebih di musin basah dapat diawetkan dengan mengeringkan hijauan (hay) Jerami (hay) adalah hijauan rumput, legum atau limbah hasil pertanian yang dikeringkan yang dijadikan bahan pakan bagi ternak ruminansia. Jerami sangat penting bagi ternak. Berikut ini beberapa karakteristik dari hay sebagai pakan ternak: 1. Hay pada sapi muda dapat meningkatkan perkembangan fungsi rumen, sedangkan pada sapi dewasa kandungan bahan kering pada hay dapat meningkatkan daya serap bahan makanan. 2. Kualitas hay sangat baik dimana palatabilitas ternak meningkat (sangat disukai ternak) 3. Kualitas hay menjadi bermacam-macam tergantung cuaca, pada cuaca yang sangat buruk (musim hujan) beberapa satuan nutrisi akan berkurang. 4. Hay dibandingkan dengan silase lebih ringan empat kalinya dengan kandungan bahan kering yang sama. Untuk mendapatkan nilai gizi yang tinggi dan palatabilitas yang tinggi, hijauan atau legum harus dipotong sebelum berbunga. Kemudian hijauan tersebut dibiarkan mengering di lapangan atau dengan pengeringan paksa. Bahan Kering Hay nilainya kurang dari 60%. C. PENGOLAHAN JERAMI PADI Jerami padi merupakan limbah hasil pertanian tanaman padi. Jerami padi ini dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak namun kualitasnya menurun dengan cepat setelah padi di panen. Oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan terhadap jerami padi tersebut agar nilai gizi dan daya cernanya meningkat. Terdapat berbagai metode yang dapat ditempuh dalam pengolahan jerami berupa perlakuan Fisik dan kimia. Perlakuan Fisik Jerami bagian atas kualitasnya relatif lebih baik dibandingkan dengan bagian bawah, mengurangi ukuran panjang dan memotongnya merupakan salah satu cara sehingga ternak makin mudah mengunyahnya. Perlakuan Kimia Amoniasi Terdapat beberapa bahan kimia yang dapat dimanfaatkan seperti kaustik soda (NaOH), namun kurang aman bagi lingkungan. Terdapat cara yang lebih aman yaitu dengan menggunakan urea. Urea merupakan salah satu sumber amoniak (NH3) berbentuk padat, selain NH3 dalam bentuk gas cair, dan NH4OH dalam bentuk cairan yang biasa digunakan dalam pengolahan jerami padi segar menjadi jerami hasil olahan yang biasa disebut jerami amoniasi. Pengolahan jerami padi dengan NH3 gas yang dicairkan masih sulit dilaksanakan di Indonesia, selain harganya mahal juga memerlukan tangki khusus dengan tekanan tinggi minimum 10 bar. Demikian pula dengan larutan amoniak NH4OH terbatas digunakan di laboratorium dan hanya untuk penelitian saja. Satu-satunya sumber NH3 yang mudah didapat dan masih terjangkau biayanya oleh petani adalah urea. Urea yang banyak beredar untuk pupuk tanaman pangan adalah dalam bentuk : NH2 O = C NH2 Dimana kadar nitrogen yang terkandung didalamnya adalah 46 persen. Dosis amoniak (berat nitrogen yang digunakan dibandingkan dengan berat kering jerami) yang biasa digunakan secara optimal adalah 3 – 5 % NH3 dari berat kering jerami. Kurang dari 3 % tidak ada pengaruhnya terhadap daya cerna maupun peningkatan kandungan protein kasar, tetapi amoniak ini hanya berfungsi sebagai pengawet saja. Bila lebih dari 5 % amoniak akan terbuang karena tidak sanggup lagi diserap oleh jerami dan akan lepas ke udara bebas, kerugiannya hanya pemborosan amoniak yang berarti kerugian ekonomis saja. Penggunaan jerami amoniasi sebagai sumber hijauan penggunaan konsentrat yang mahal harganya dapat dikurangi, karena adanya penambahan protein yang diperoleh dari hasil pengolahan dengan amoniak dapat menggantikan sintesa mikroorganisme dalam rumen dan sama sekali tidak mengakibatkan keracunan. APLIKASI TEKNLOGI DALAM BERBAGAI BAHAN PAKAN A. SILASE DAUN JAGUNG Pohon Jagung berumur 90 sampai 100 hari merupakan limbah pertanian yang baik bila proses untuk pembuatan silase, dalam rangka penyediaan stok hijauan sepanjang tahun. Bahan silase dari pohon jagung dengan kandungan air 60 – 70 % yang baik untuk pengawetan melalui proses fermentasi. Daun jagung sebagai limbah pertanian dapat diberikan pada sapi baik dalam bentuk segar maupun setelah melalui proses pengawetan. Bila daun jagung diberikan dalam bentuk segar dan tidak dicacah maka hijauan tersebut banyak tersisa dan terbuang. Ini merupakan pekerjaan yang sangat merugikan bila dalam bak makan banyak hijauan yang tidak dimakan oleh ternak tersebut. Daun jagung yang akan digunakan dalam pembuatan silase sebaiknya dicacah dengan panjang 10 – 50 mm, karena pada waktu pencacahan akan : 1. Daun jagung akan mengurangi kadar air lebih mudah melakukan pemadatan sehingga 2. (oksigen) akan dikeluarkan dan ukuran sama agar kondisi hijauan lebih padat dan kedap udara. Daun jagung yang dipotong-potong/ dicacah bila dalam bentuk segar diberikan kepada ternak akan habis termakan dan di dalam bak makan tidak ada yang tersisa, terbuang percuma, lama ternak mengunyah waktunya lebih singkat, jumlah hijauan yang dimakan akan lebih banyak, jumlah hijauan yang terbuang akibat sifat memilih ternak serta hijauan yang terinjak akan berkurang, dan akan lebih efektif serta efisien dalam penggunaan tenaga kerja. Pembuatan silase dilakukan di dalam silo. Silo dapat terbuat dari kantong plastik untuk bagian dalam dan karung plastik untuk bagian luar. Hal ini untuk menciptakan suasana an-aerob dalam pembuatan silase yang paling sederhana. Bila mempunyai modal yang lebih banyak dapat membuat silo baik yang dari drum, tembok (semen) maupun silo tanah. Untuk proses fermentasi diperlukan stater untuk merangsang perkembangan bakteri asam laktat, stater (bahan yang merupakan sumber karbohirat misalnya : tetes atau gula pasir) ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang mengadung karbohidrat, dapat pula dibantu dengan bahan kimia (asam formiat) bila kandungan air dari bahan cukup tinggi. Semua bahan yang diperlukan dicampur secara merata. Setelah campuran merata baru dimasukan ke dalam karung plastik yang dilapisi kantong plastik, sedikit demi sedikit sehingga padat. Padatkan sehingga tidak ada celah untuk udara di dalam kantong plastik, bila tidak padat akan merusak kualitas silase yang dihasilkan Setelah padat dan penuh tutup dan tekan agar udara di dalam plastik keluar, ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak terdapat udara di dalam ataupun udara yang masuk dan jangan sampai bocor. Ikatan harus rapi dan kuat pada tiap bagian baik waktu mengikat kantong plastik maupun karung plastik. Jagan sampai ada gelembung udara dalam kantung plastik/silo. Hal ini bertujuan agar kondisi di dalam silo dalam keadaan an-aerob Dalam kondisi terikat rapi ini dapat disimpan dengan ditumpuk. Waktu penyimpan dan proses fermentasi terjadi selama 3 minggu (21 hari), setelah melewati umur penyimpanan ini dapat tahan disimpan selama 3 – 6 bulan asalkan jangan dibuka tutup. Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapat dibuka untuk diberikan kepada ternak, bila tidak jangan dibuka dan simpan sampai diperlukan. Pada waktu pemberian kepada ternak jangan sering dibuka tutup dalam 1 hari cuma boleh dibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan bersama-sama), sebab kalau sering dibuka tutup kualitas silase akan cepat rusak. Kualitas silase yang baik dapat diketahui dari keadaan fisik silase salah satu standar penilaian kualitas silase yang baik dapat di lihat pada Tabel Kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak. Ternak yang belum terbiasa makan silase diberikan sedikit demi sedikit, dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan, hal ini sangat membantu dalam pekerjaan di kandang dan sangat menghermat waktu Selamat mengerjakan dan mencoba. B. SILASE RUMPUT GAJAH ATAU RUMPUT RAJA Produksi hijauan di kebun rumput baik itu rumput Gajah ataupun rumput Raja bila melebihi atau melewati umur potong akan mengurangi kulitas hijauan tesebut, untuk mengoptimalkan produksi dan menjaga kualitas, pemotongan dilakukan harus tepat waktu. Umur potong rumput yang optimal pada 7 minggu atau 50 hari. Bila produksi rumput berlebih dan akan dibuat silase untuk stok perlu pengurangan kadar air rumput dengan cara disimpan berdiri jangan di tidurkan atau ditumpuk untuk menghidarkan dari kerusakan selama 2 - 3 hari, dan harus disimpan terlindung atau di bawah atap. Setelah disimpan selama 2-3hari dan kandungan air berkurang cacah rumput tersebut dengan panjang cacahan 10-50mm. Diperlukan Dedak murni untuk bahan starter dalam pembuatan silase rumput Raja dan rumput Gajah, kualitas dedak ini dapat menentukan baik tidaknya kualitas silase yang akan dihasilkan. Campurkan dedak dan cacahan rumput secara merata Hasil percampuran dimasukkan dalam silo yang telah dilapisi dengan plastik. Padatkan bahan silase dengan cara ditekan atau diinjak-injak, hal ini dilakukan supaya tidak ada ruang diantara potongan rumput yang berarti tidak ada tempat bagi oksigen. Pencampuran rumput dan dedak harus benar-benarmerata agar kualitas silaseyang dihasilkan baik. Setelah dipadatkan dan ditekandengan baik, ikat plastik dengan kuatagar tidak ada udara yang masuk,karena proses fermentasi silase harus dalam keadaan an-aerob (tidak adaoksigen). Beri beban diatasnya agar terdapat tekanan ke bawah sehingga kondisi an-aerob terjadi dengan baik Setelah 21 hari proses fermentasi telah selesai plastik dapat dibuka. Untuk mengetahui kualitas silase yang dihasilkan salah satunya dapat mengacu pada tabel kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak. Berikan kepada Sapi atau ternak ruminasia lainnya, jika tidak suka coba campur dahulu dengan rumput yang biasa dikonsumsi, setelah sapi menyukai dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan C. SILASE RUMPUT LAPANG Rumput lapang yang berlebih sebaiknya diproses menjadi silase untuk memenuhi kebutuhan di waktu kekurangan hijauan pada musim kemarau. Pembuatan silase rumput lapang diperlukan stater untuk mengoptimalkan fermentasi asam laktat, salah satu stater yang baik adalah dengan penambahan tetes + 10 %. Rumput yang akan dibuat silasedijemur/diangin-anginkan beberapajam, untuk mengurangi kandunganairnya. Pada waktu penjemurandilakukan pembalikan beberapa kaliagar pengeringan terjadi secara merata. Rumput yang telah dijemur ditimbang sesuai dengan kebutuhandalam pembuatan silase. Timbang tetes/molase yang diperlukan,untuk setiap 100 kg rumput lapang dibutuhkan tetes 10 kg (10 % dariberat bahan baku silase). Setelah ditimbang tetes dituangkan kerumput lapang yang telah kering udarasesuai dengan takaran. Campurkan kedua bahan tersebut secara merata agar hasil fermentasi baik,sehingga menghasilkan silase yangberkualitas baik. Sediakan plastik yang sesuai dengandrum yang akan digunakan, fungsiplastik disini untuk memudahkanpenutupan sehingga tercipta kondisian-aerob dalam proses fermentasinya. Plastik harus dapat masuk ke dalamdrum dan dapat ditutup dengan rapatagar kondisi silo tertutup dengan baik. Padatkan sepadat mungkin rumputdi dalam drum tersebut dengan caraditekan atau diinjak-injak agar tidakada ruang untuk oksigen. Hal inidilakukan supaya silase yangdihasilkan kualitas silase yang baik. Masukkan bahan silase kedalamdrum yang telah dilapisi plastik. Tutup dan tekan agar udara didalam keluar kemudian ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak ada udara masuk ke dalam, serta jangan sampai bocor. Setelah rumput padat sebelum diikat dibagian atas dari tumpukan rumput dalamdrum tersebut di beri tetes sedikit sajauntuk membantu proses terjadifermentasi lebih baik. Setelah ditutup diatasnya disimpan bebanagar mendapat tekanan ke bawah sertatidak ada udara yang masuk, disampingitu letakan ditempat yang beratap agartidak kehujanan. Biarkan fermentasiterjadi, diamkan selama 21 hari untukmendapat silase yang baik. Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapatdibuka untuk diberikan kepada ternak, bilatidak jangan dibuka dan simpan dalamkondisi tertutup dapat disimpan 3 – 6 bulan.Pada waktu pemberian kepada ternak jangansering dibuka-tutup dalam 1 hari cuma bolehdibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dansore dikeluarkan sekaligus) sebab kalausering dibuka tutup kualitas silase akan cepatrusak. Sapi yang belum terbiasa makansilase diberikan sedikit demi sedikit,di campur dengan hijauan yang biasadimakan. Jika sudah terbiasa dapatseluruhnya diberikan silase sesuai dengankebutuhan, hal ini sangat membantu dalampekerjaan di kandang dan sangatmenghemat waktu. Pada tabel berikut ini merupakan penilaian terhadap kualitas silase yang dihasilkan dari proses pembuatan silase yang disimpan selama 21 hari dalam suasana silo. KUALITAS SILASE YANG BAIK DAN LAYAK UNTUK MENJADI PAKAN TERNAK Indikator Penilaian Nilai Penjelasan Nilai yang diperoleh Wangi 25 1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk mencicipinya. 2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi 3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung, rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama sekali tidak ada bau. 4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap 25 20 10 0 Rasa 25 5. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. 6. Rasanya sedikit asam 7. Tidak ada rasa 8. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya. 25 20 5 0 Warna 25 9. Hijau kekuning-kuningan 10. Coklat agak kehitam-hitaman 11. Hitam, mendekati warna kompos 25 10 0 Sentuhan 25 12. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa 13. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. 14. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. 25 10 0 JUMLAH 100 Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh D. PROSES AMONIASI CARA BASAH Teknik yang digunakan dalam proses amoniasi cara basah ialah dengan : kantong plastik Bahan-bahan :  15 kg jerami kering udara  870 gram urea  5 liter air Peralatan :  2 lembar kantong plastik ukuran 100 x 150 cm dengan ketebalan 0,4 cm  1 buah ember  1 timbangan  1 alat pengaduk Cara pembuatan : 1. Kantong plastik langsung dilapis dua dengan cara memasukan lembar pertama ke dalam lembar kedua. Maksudnya merangkap plastik ini adalah agar lebih kuat dan menghindarkan bocor. 2. Seluruh jerami dimasukkan ke dalam plastik agak dipadatkan dengan cara menekan/mendorong jerami tersebut ke arah dalam tetapi jangan diinjak karena dapat menyebabkan plastik pecah atau sobek. 3. Larutkan 870 gram urea ke dalam ember yang berisi 5 liter air dengan cara diaduk sampai benar-benar larut hingga tidak ada lagi butir-butir urea yang terlihat. 4. Siramkan larutan urea tersebut ke dalam kantong plastik yang berisi jerami dengan embrat agar lebih mudah dan dapat merata, sampai seluruh larutan tersebut habis. 5. Tutup dahulu kantong plastik lapis dalam dengan cara mengikat bagian atasnya, kemudian baru kantong plastik bagian luarnya. Kantong plastik ini dapat disimpan di tempat yang telah disediakan dan cukup aman. 6. Setelah satu bulan kantong plastik dapat dibuka, ketika membuka plastik harus hati-hati karena selama proses amoniasi ini terjadi pembentukan gas, sehingga ketika plastik tersebut dibuka gas akan keluar dan dapat menyebabkan pedih di mata. Jerami hasil amoniasi kemudian diambil lalu diangin-anginkan selama dua hari sebelum diberikan kepada ternak. Catatan :Untuk proses amoniasi dalam jumlah banyak maka jumlah kantong plastik harus disediakan dalam jumlah yang cukup. Bila pengolahan cara ini dilakukan dengan hati-hati, maka kantong plastik tersebut dapat dipakai ulang sampai tiga kali. Biasanya hanya dua kali pakai. E. PROSES AMONIASI CARA KERING Proses amoniasi jerami padi telah disederhanakan oleh Masaru Murai dari Tohoku National Agricultural Experiment di Jepang, yaitu dengan cara urea yang digunakan ditaburkan langsung di atas jerami padi yang akan diamoniasi. Prinsip pembuatannya sama dengan amoniasi cara basah, hanya cara kering urea tidak dilarutkan dalam air. Contoh pembuatan amoniasi secara kering adalah : Bahan-bahan :  100 kg jerami padi kering udara  3-4 kg urea Peralatan :  Lembaran plastik dengan ketebalan 0,4 cm  Timbangan  Kayu untuk mengemas jerami padi Cara Pembuatan : 1). Jerami yang sudah terpilih dan ditimbang diikat dengan tali yang terbuat dari bambu, setelah itu dikemas supaya mudah dalam penanganannya. 2). Taburi urea secara merata pada setiap ikatan/bal jerami. 3). Setelah merata bungkus dengan palstik secara rapat agar tidak ada udara yang masuk/an aerob. 4). Simpan di tempat yang teduh dan tidak kena hujan/air. Sebaiknya di atas plastik pembungkus ini diberi beban agar ada tekanan ke bawah, sehingga gas amoniak yang terbentuk dimanfaatkan oleh jerami. Lama proses penyimpanan selama satu bulan. 5). Setelah satu bulan jerami olahan dapat dibuka, hasil yang baik ditandai dengan bau amoniak yang menyengat, oleh karena itu hati-hati ketika membuka karena dapat menyebabkan mata pedih. 6). Setelah bau yang menyegat berkurang pindahkan ke ruang penyimpanan. Simpan di tempat yang beratap dan tidak kena hujan. Perhatikan ventilasi gudang penyimpanan udara harus bebas mengalir. Cara Penyimpanan Jerami Amoniasi Jerami amoniasi cara basah dengan kantong plastik, drum, maupun silo dalam tanah sebagian besar terutama di bagian bawah sangat lembab bahkan basah. Jerami ini setelah diangin-anginkan selama 2 atau 3 hari masih tetap basah. Jerami lembab ini sebaiknya langsung diberikan kepada ternak dan harus habis dalam jangka waktu satu minggu. Pada daerah tertentu terutama dataran tinggi jerami amoniasi yang masih lembab akan menyebabkan tumbuhnya jamur kayu atau jamur putih yang halus pada permukaan jerami amoniasi. Jamurnya sendiri tidak berbahaya untuk ternak, tapi kurang estetik dan bagian permukaan itu agak menurun kualitasnya. Terutama bila jerami tersebut ditumpuk di udara terbuka dan terkena air hujan maka akan terjadi proses pelapukan (dekomposisi). Untuk disimpan jangka lama maka jerami amoniasi tersebut harus dijemur dan dikeringkan di panas matahari selama kurang lebih satu minggu hingga kadar air mencapai 20 %. Bila jerami tersebut sudah dijemur dan kering maka dapat disimpan di bawah atap dan tahan 6 bulan sampai satu tahun tanpa adanya penurunan kualitas. Penjemuran dilakukan dengan cara sederhana yaitu dijemur di atas pelataran semen atau tanah dengan ketebalan 10 cm. Dengan cara ini penjemuran tidak memakan waktu lama, dalam waktu tiga hari sudah kering. Bila di musim hujan dimana penjemuran tidak memungkinkan, jerami amoniasi tidak perlu dikeluarkan dari kantong plastik, drum bekas, ataupun silo. Dikeluarkan sedikit demi sedikit seperlunya untuk kebutuhan sehari-hari sampai habis. Cara Penyajian Jerami Amoniasi Yang dimaksud dengan cara penyajian adalah bagaimana memberikan jerami hasil amoniasi kepada ternak agar dimakan oleh ternak dan peternak memperoleh manfaat dari pemberian jerami tersebut. 1). Bentuk penyajian Dalam penyajian jerami amoniasi ini tidak perlu dicincang, jadi dapat diberikan dalam bentuk utuh, karena dari hasil penelitian jumlah yang dikonsumsi oleh ternak baik yang dicincang maupun yang utuh akan sama saja, sehingga untuk ekonomisnya tidak perlu dicincang. Bila tersedia konsentrat, maka sebaiknya konsentrat diberikan terlebih dahulu kira-kira satu jam sebelum pemberian jerami, hal ini dimaksud untuk merangsang perkembangbiakan mikroorganisme dalam rumen karena karbohidrat siap pakai dan protein yang tersedia dalam konsentrat cukup sebagai pendorong perkembangbiakan mikroorganisme dalam rumen terutama bakteri selulolitik yang mencerna serat kasar jerami. 2) Air minum Dalam penyajian jerami padi sebagai makanan pokok, masalah air minum sangat perlu sekali diperhatikan. Seperti kita ketahui bila seekor sapi dewasa diberi rumput segar sebanyak 40 kg/ekor/hari, maka dalam rumput segar mengandung kadar air antara 80 – 85 %. Jadi wajar bila seekor sapi diberi rumput segar tidak banyak minum karena kebutuhan airnya telah dipenuhi dari rumput (rumput segar 40 kg = 8 kg bahan kering + 32 liter air). Lain halnya, bila ternak diberi makan jerami karena kadar airnya rendah hanya kira-kira 20 –30 persen saja. Misalnya dalam sehari seekor sapi menghabiskan 10 kg jerami maka berarti sapi tersebut akan memakan 8 kg bahan kering dan 2 liter air, dengan demikian maka sapi tersebut membutuhkan air minum kurang lebih sebanyak 30 liter air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, bila memberikan makan ternak dengan bahan pokok jerami hendaknya sepanjang sore dan malam hari terus tersedia air minum yang cukup. Jerami padi merupakan pakan hijauan yang sangat miskin mineral, oleh karena itu pada setiap pemberian pakan jerami jangan lupa diberikan mineral secara teratur. III TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK Teknologi reproduksi merupakan satu kesatuan dari teknik-teknik rekayasa sistem reproduksi hewan yang dikembangkan melalui suatu proses penelitian dalam bidang reproduksi hewan secara terus menerus dan berkesinambungan dengan hasil berupa alat, metoda ataupun alat dan metoda yang dapat diaplikasikan dengan tujuan tertentu. Terdapat banyak sekali teknologi reproduksi yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan usaha peternakan yang ditujukan untuk meningkatkan populasi dan produksi. Beberapa diantaranya telah dipakai di Indonesia namun sebagian besar masih merupakan teknologi yang langka yang umumnya dikarenakan biaya perlakuannya dan peralatannya sangat mahal. Berikut ini beberapa aplikasi teknolgi yang dapat dikembangkan untuk tujuan meningkatkan populasi dan produksi pada ternak. INSEMINASI BUATAN Yang dimaksud dengan Iseminasi Buatan adalah Kawin buatan dengan menggunakan semen beku pejantan unggul. Keuntungan IB: 1. Bibit unggul selalu tersedia dan mudah diperoleh dan bisa disediakan untuk hampir semua peternak. 2. Pengurangan kemungkinan terjadinya bahaya, pekerjaan dan ongkos perawatan. Pada umumnya pejantan ternak besar, galak dan berani menyerang manusia. 3. Bahaya lain ialah crossbreeding yang tidak disukai dapat dihindari. Dalam kawanan ternak yang terdiri atas bermacam-macam jenis ras ternak dengan hanya satu pejantan, maka crossbreeding tidak dapat dihindari. 4. Dapat Menciptakan ternak pure-bred (ternak murni dari satu jenis). 5. Dengan IB, pemilihan pejantan yang baik lebih mudah dan lebih cepat dilaksanakan. 6. Pencegahan terhadap penjalaran penyakit menular seperti misalnya; trichomoniasis dan brucellosis yang tersebar dari hewan betina yang satu ke yang lainnya karena perkawinan secara alam. Dalam pelaksanaan IB ini dibutuhkan tenaga IB yang berpengalaman dan bertanggung jawab. Bila Pelaksana IB yang kurang pengalaman dan tidak bertanggung jawab maka dapat merugikan program IB di daerah-daerah. Semen sejak keluar dari penis sampai penempatannya dalam alat reproduksi betina mengalami berbagai pengolahan seperti misalnya penampungan, pengujian atau penilaian, pengenceran, penyimpanan dan inseminasi; maka bila salah satu dari pengerjaan itu tidak beres, tujuan IB tentu tidak bisa tercapai. Inseminasi yang ceroboh akan mengakibatkan perlukaan pada serviks dan uterus. Bila tidak tepat waktu akan menyebabkan rendahnya angka konsepsi. Kurang kebersihan bisa merupakan sumber penyebaran penyakit dari kelompok ternak yang satu ke kelompok yang lainnya karena syarat-syarat dan Prosedur IB yang tidak diikuti dengan sebaik-baiknya. Inseminasi Buatan umumnya dilaksanakan pada ternak seperti Sapi (sapi perah dan sapi potong), domba/kambing, Babi, Itik dan ayam. Perlengkapan Inseminasi yang digunakan pada setiap ternak umumnya sama namun dari segi bentuk dan ukuran bereda-beda. Perbedaan ini didasarkan kepada anatomi dan fisiologi alat kelamin yang berbeda-beda pada setiap hewan. EMBRIO TRANSFER Pengembangan teknik embrio transfer atau teknik pencangkokan mudigah diperlukan induk jenis unggul yang menghasilkan embrio dan induk biasa yang akan menerima embrio untuk dibesarkan dalam uterusnya. Induk jenis unggul yang menghasilkan embrio selanjutnya disebut donor dan induk yang menerima embrio disebut resipien. Seekor donor dengan melalui metoda superovulasi dapat menghasilkan banyak embrio dalam satu periode berahi, dan jumlah resipien harus lebih banyak dari jumlah donor. Kondisi uterus donor dan resipien harus sama agar embrio yang dipindahkan dari donor ke resipien bisa tumbuh secara normal. Cara untuk menyamakan kondisi uterus donor dan resipien adalah menyerentakan berahi hewan-hewan itu. Jika mereka dapat mengalami berahi dalam waktu yang sama maka keadaan uterus mereka akan mengalami perubahan-perubahan yang sama setelah berahi itu berlalu. PENYERENTAKAN BERAHI Yang dimaksud dengan menyerentakkan berahi adalah, membuat hewan-hewan betina berahi secara serentak. Berahi yang terjadi pada sekelompok hewan betina tertentu dapat diatur sedemikian rupa yang dapat juga dilakukan melalui metode penyuntikan steroid yaitu penyuntikan estrogen yang umumnya dilakukan pada sapi. Namun pada hewan babi dilakukan dengan penyuntikan bahan kimia lain yang bukan steroid dengan kode produksi pabrik obat ICI 33828. Penyerentakan berahi sangat menguntungkan terutama pada Transfer Embrio dan Inseminasi buatan. Pada Inseminasi Buatan, proses dapat dilakukan secara bersamaan terhadap sekelompok ternak betina dan dapat menghemat waktu dan biaya transportasi. IV TEKNOLOGI KEBERSIHAN SUSU (MILK HYGIENE) Pentingnya Kebersihan Susu. Perlakuan kebersihan susu yang baik akan memberikan hasil susu dan produk-produk susu yang bersih dan sehat dengan memanfaatkan peralatan yang kurang lengkap dan pada umumnya ditemui pada peternakan-peternakan kecil didaerah tropis. Kebersihan susu yang baik akan memberikan • Hasil-hasil susu yang sehat untuk konsumsi manusia. • Hasil-hasil susu akan mempunyai kualitas yang baik dalam penyimpanan Kebersihan susu yang tidak baik akan berakibat: • Produk menjadi busuk, produk ditolak oleh pembeli, dan tersebarnya berita dikalangan pembeli mengenai hal itu; • Timbulnya penyakit dari makanan yang busuk; Penurunan pendapatan produsen; • Penurunan penilaian terhadap produk dan tingkat kebanggaan industri produsen, dan; • Tidak dapat diterima oleh peraturan/hukum yang berlaku. • Mikro organisme (bakteri) akan tumbuh dengan cepat dalam susu yang tidak bersih. Kesehatan dan Kebersihan Petugas/Pemerah Terdapat bberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan susu. Kesehatan petugas pemerahan Orang yang mengalami/menderita penyakit menular seperti penyakit pernafasan (contoh : radang saluran pernafasan atau influensa) atau penyakit pencernaan (contoh : diare), akan mengeluarkan bakteri dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan dalam keadaan sehat. Oleh karena itu jangan menangani susu atau menangani sapi perah apabila sedang: • Menderita sakit tenggorokan atau perut (diare dan/atau muntah-muntah). • Peradangan kulit (peradangan kulit dan bengkak, jerawat • yang terinfeksi, bintik bintik merah pada kulit, dll. • Influensa berat atau dernam Menghindari pencemaran Untuk mengurangi pencemaran susu, petugas harus memahami untuk menghindari kebiasaan buruk yang mengakibatkan kekotoran, dan mencegah perlakuan-perlakuan berikut pada saat menangani susu dan peralatannya, yaitu : - Menggaruk-garuk pada bagian tubuh seperti muka, hidung, mulut, telinga,atau rambut; - Batuk atau bersin yang langsung diarahkan kepada susu atau produk susu; - Menyentuh, memencet jerawat, bisul atau luka. - Menggunakan cairan pelumas pada tangan untuk memerah atau menggunakan salep atau krim pelumas; - Mencoba rasa susu atau produk susu dengan menggunakan jari atau sendok yang berulang kali digunakan tanpa dicuci. Kebersihan Petugas pemerahan Mencuci tangan adalah sederhana, tetapi biasanya tidak dilakukan dengan benar Cara mencuci tangan dan lengan - mencuci tangan dengan air untuk membuang kotoran yang melekat; - mencuci dengan menggunakan sabun yang berbusa banyak dan air. - menyikat/membersihkan bagian bawah kuku; - kemudian mengeringkan dengan kertas tissue sekali pakai. - Jangan merokok tembakau, atau bahan lainya pada saat menangani susu. Merokok akan berakibat pencemaran langsung terhadap makanan oleh abu atau puntung rokok; batuk; pencemaran makanan oleh tangan yang menyentuh bibir pada saat merokok. - Pakaian pelindung; Disarankan untuk menggunakan tutup kepala dan sarung tangan untuk mencegah kotoran rambut dan tangan jatuh kedalam susu, dan mencegah terjadinya pencemaran silang. Kebersihan lingkungan mencakup lingkungan luar dan lingkungan dalam. Lingkungan luar meliputi diluar lokasi produksi, sedang lingkungan dalam mencakup lokasi dimana tempat susu dan produk-produk susu dihasilkan, dibungkus, dan disimpan. a. Lingkungan Luar: Sekitar lokasi produksi. Perbaikan/pengaspalan jalan, perbaikan drainase dan pemangkasan rumput disekitar lokasi produksi dan kandang akan mengurangi pencemaran debu pada lokasi produksi. Air bersih harus tersedia secukupnya untuk pencucian dan air minum ternak. Pembasmian tikus dapat dilakukan dengan mengurangi makanan dan tempat tinggalnya, membuat konstruksi bangunan agar mengurangi kemungkinan sarangnya, menyediakan perangkap, dan menggunakan racun tikus dengan berhati-hati. Lalat, kecoak, dan serangga lainnya Serangga penyebar penyakit pest adalah pembawa bakteri yang dapat ditularkan. Pengontrolan terhadap hewan tersebut adalah dengan menghilangkan tempat-tempat berbiaknya dan tempat makanannya. Serangga akan menghindari sinar, alat listrik dan pembasmi serangga. Keset kaki yang tebal merupakan tempat insect. Pembasmian dengan hanya menggunakan insektisida (bahan kimia) harus dicegah. Burung sebagai pembawa Salmonella, akan menularkan lewat bangunan dan supply air dimana terdapat kotorannya. Burung tertarik pada lokasi sapi perah karena adanya bahan pakan yang disediakan untuk ternak tersebut. Hewan dan bangunan kandang dapat menjadi sumber utama pencemaran apabila tidak bersih. Penyisiran dan pengguntingan bulu hewan adalah penting untuk mengurangi pencemaran oleh bulu, debu, d1l. Hal ini adalah sangat penting dalam melakukan pemerahan dengan tangan. Hewan harus ditangani dengan tenang dan pelan untuk mencegah kegugupan hewan. Hewan yang gugup selalu mengakibatkan lebih banyak debu dan manure. Anak sapi, sapi dara muda atau hewan lainnya (itik, ayam d1l) harus tidak dalam kandang yang sama atau disediakan jalan untuk mencapai kandang sapi perah. Kebersihan personil/petugas telah dijelaskan diatas. Pencemaran potensfil yang mungkin dari petugas/pekeda peternakan adalah pada baJu, sepatu, dan pada orangnya. b. Lingkungan dalam: Fasilitas/peralatan persusuan Perusahaan harus menyediakan bangunan untuk pemerahan. Pada bangunan tersebut tidak boleh terdapat bahan pakan, bahan kimia atau obat yang disimpan, kecuali bahan untuk pencuci dan sanitasi. Apabila disediakan pakan konsentrat pada saat pemerahan maka pakan tersebut harus disimpan diluar bangunan pemerahan dan dibawa kedalam bangunan tersebut sesuai kebutuhan. Tidak boleh memberikan pakan hijauan pada saat pemerahan karena bisa menimbulkan debu. Jatuhnya partikel pakan tersebut harus dikurangi. Perlu adanya perhatian khusus terhadap pelaksanaan pemerahan dan lokasi penanganan susu. Lantainya harus terbuat dari bahan tidak berpori (seperti semen) dan terpelihara dengan baik. Lantai harus tetap bersih selama dan setelah pemerahan. Peralatan dan fasilitas pemerahan seperti tempat pencucian dan rak tempat pengeringan harus dibuat dari bahan tidak menyerap air, tidak berkarat contohnya stainless steel. Cara Pemerahan dan Penanganan Susu. Persiapan a. Lokasi pemerahan Harus dipastikan bahwa lokasi pemerahan bersih. Adalah penting membersihkan lokasi pemerahan. Lantainya harus disapu dan/atau dicuci dengan air sehingga terlihat bersih. b. Peralatan Kain pembersih putting,ember, bangku perah, ember uquk sampah, gelas (strip cup), tabung untuk merendam. putting (teat cup) dan kontainer penampung susu perlu dibersihkan sebelum dipergunakan. Peralatan yang langsung berhubungan dengan susu seperti ember, mesin pemerah dan tabung penyimpan harus disanitasi dan dikeringkan sekurang kurangnya 15 menit sebelum dipergunakan. c. Penanganan/persiapan sapi perah Penanganan dan persiapan yang baik harus dilakukan/dimulai sebelum sapi dibawa ke lokasi pemerahan. Penanganan dengan hati hati pada setiap yang dilakukan adalah penting dan mungkin diperlukan sedikit penyentuhan apabila akan melakukan pemerahan dengan tangan. Pemukulan hewan dengan tangan atau alat seperti tongkat atau ranting kayu harus sangat dikurangi. Perlakuan pemukulan yang terus menerus walaupun tidak terlalu keras akan mengakibatkan hewan menjadi ketakutan dan gugup. Hal tersebut akan memberikan akibat negatif pada pemerahan yaitu pada reaksi interval turun/mengalirnya susu. Penyediaan pakan konsentrat adalah cara yang sangat baik untuk membawa hewan ke lokasi pemerahan, namun apabila hal tersebut ternyata sudah dilakukan, maka harus dilakukan seterusnya pada setiap pemerahan. Pemberian konsentrat hanya pada saat setiap pemerahan. Penyediaan dalam jumlah lebih banyak pada beberapa hari dan kemungkinan dalam jumlah yang kurang pada waktu-waktu yang lain akan berakibat hewan menjadi tidak tenang. d. Pemerahan awal Pemerahan awal yang ditampung pada gelas khusus (strip cup) adalah untuk memeriksa apakah terdapat mastitis atau kelainan lain pada susu. Hal ini harus dilakukan sekurangnya satu bulan (lebih lama akan lebih baik) pada fase awal laktasi. e. Persiapan puting Kebersihan puting adalah penting sebelum pemerahan. Apabila puting masih kotor maka harus dibersihkan secukupnya. Puting yang kotor harus dicuci dengan air mengalir dengan tekanan rendah dan kemudian dikeringkan dengan bersih menggunakan handuk yang hanya untuk sapi tersebut (kertas atau kain). Apabila ambing dan puting terus menerus kotor pada awal setiap pemerahan maka lingkungan hewan harus diperhatikan untuk mengatasinya. Pemerahan Sekurangnya diperlukan waktu 30 detik untuk membersihkan putting sebelum pemerahan dengan tangan dimulai. Hal ini akan memberikan cukup waktu untuk timbuInya response turunnya susu. Pemerahan akan selesai dalam 5 - 7 menit. Pemerahan dengan tangan harus cepat dan lembut dalam pemencetan puting, dan tidak dengan keras/kasar dalam menarik atau memencet puting. Jangan menggunakan pelumas atau lainnya ketika melakukan pemerahan dengan tangan. Apabila diperlukan pelumas maka krim dapat dipergunakan. Pasca pemerahan Penyaringan susu Segera setelah pemerahan dengan tangan selesai, susu harus disaring dan ditampung kedalam kontainer yang bersih dan steril. Saringan kain yang dipergunakan harus bersih, sempuma, dan dicuci dengan menggunakan deterjen dan bahan sanitasi kemudian dijemur di matahari. Penyimpanan/pendinginan susu Adalah penting untuk mendinginkan susu sampai dibawah 3 - 4 derajat Celcius sesegera mungkin setelah pemerahan. Transportasi susu Pada peternak kecil yang tanpa peralatan pendingin, susu perlu ditransportasikan dengan berhati-hati dan sesegera mungkin setelah selesai pemerahan dan segera didinginkan di tempat pengumpulan susu (milk collection center). Udara panas, sinar, goncangan berlebihan dan waktu yang lama untuk mencapai alat pendingin, akan dapat merusak susu yang dalam keadaan hangat. Kontainer transportasi harus bersih, tersanitasi, dan dapat disegel dengan pita perekat. Kontainer harus terbuat dari bahan berkualitas baik dan dapat dicuci dan disanitasi dengan sempuma. Pencucian dan sanitasi adalah dua peke~jaan yang terpisah dan berbeda. Kedua pekerjaan ini (mencuci dan sanitasi) harus dilakukan bersama sama. Apabila hanya dilakukan pencucian tanpa sanitasi, sejumlah besar bakteri akan tetap tinggal pada permukaan kontainer. a. Pencucian Proses ini adalah untuk membuang sisa susu dari permukaan/ dinding kontainer. b. Sanitasi Yaitu dengan penggunaan bahan kimia atau pemanasan untuk secara sempuma membuang bakteri dari permukaan kontainer. ALAT PEMERAHAN (MESIN PERAH) Komponen Mesin Perah Pompa Vacuum Pompa vacuum sebenarnya adalah suatu pompa udara atau kompresor udara. Fungsinya adalah mengalirkan udara keluar dari mesin perah melalui berbagai komponen seperti cangkir putting (teat cup) dan pulsator (alat getar). Pompa tersebut harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk memindahkan semua udara ini dan mempunyai kapasitas yang cukup atau tersedia efektif untuk mempertahankan kondisi vacuum pada tingkat yang dikehendaki. Hal ini juga akan mampu mengembalikan tingkat vacuum secepatnya kepada tingkat tertentu setelah masuknya udara, yaitu pada saat cangkir diambil atau produksi susu berkurang. Regulator (alat pengatur) Secara sederhana regulator mengatur tingkat kevacuuman didalam mesin perah. Fungsi yang diharapkan dari regulator adalah kemampuannya secara cepat mengatur perubahan tingkat kevacuuman didalam mesin perah selama beroperasi. Tingkat kevacuuman didalam mesin perah pada umumnya ditentukan antara 40 - 50 kPa, tergantung dari jenis mesin dan peralatannya. Suatu pengaturan yang baik adalah pengaturan kevacuuman pada tingkat yang serendah mungkin. (bergesernya cangkir menandakan bahwa tingkat kevacuuman tersebut terlalu rendah). Pulsator Pulsator adalah suatu mekanisme katup yang mengubah tingkat vacuum dan tekanan udara didalam ruang antara garis cangkir putting (teat cup liner) dan dinding luar cangkir putting (shell of teat cup). Siklus perubahan tekanan mengakibatkan liner bergerak didalam teat cup (cangkir putting). Tingkat pulsasi adalah suatu jumlah waktu dari garis cangkir putting melengkapi suatu siklus pulsasi dalam satu menit. Suatu siklus pulsasi yang ideal adalah lebih kurang 60 siklus per menit +/- 2 siklus. Jumlah siklus tersebut dapat menjadi 50 siklus per menit, tetapi harus tidak melebihi 62 siklus. Rasio pulsasi menunjukkan porsi waktu dari fase fase vacuum yang timbul selama setiap siklus pulsasi. Silkus pulsasi terbagi menjadi empat fase utama - Fase peningkatan vacuum (fase a) - adalah tingkat vacuum didalam ruang antara garis (liner) dan dinding cangkir meningkat, yaitu dari tingkat tekanan udara atmosfer ketingkat vacuum mesin. Dalam hal ini, dalam fase ini, susu mulai mengalir dari bagian ujung putting. - Fase vacuum maksimum (fase b) - yaitu bilamana tingkat vacuum sepenuhnya tercapai didalam ruangan. Pada fase ini, garis(liner) sepenuhnya terbuka dan susu akan mengalir dari ujung putting. - Fase penurunan vacuum (fase c) - terjadi bilamana mesin katup pulsator membuka ruangan ketekanan atmosfir yang mengakibatkan melemahnya kevacuuman didalam liner cangkir putting. Dalam fase ini susu akan berhenti mengalir. - Fase vacuum minimum (fase d) - adalah apabila ruang pada tingkat tekanan atmosfir. Garis(liner) sepenuhnya tidak vacuum dan putting mempunyai tekanan maksimum. VI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL Teknologi Pengolahan Air Susu Pengolahan air susu dilakukan dengan tujuan agar susu menjadi bahan makanan yang enak dan mempunyai aroma lebih baik serta daya simpan lebih lama. Berbagai macam cara pengolahan susu secara tradisionil di daerah-daerah sudah dilakukan sejak lama, misalnya dangke semacam keju yang dibuat dari susu kerbau di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, dadih semacam yoghurt yang dibuat dari susu kerbau/sapi di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Barat. Seringkali dalam proses pengolahan susu diperlukan bantuan kerja bakteri tertentu. Misalnya dalam pembuatan yoghurt, diperlukan bakteri sebagai starter atau biang bakteri (yaitu Streptococcus thermophilis dan Lactobacillus bulgaris dengan perbandingan 3: 1) yang dipupuk dalam air susu yang kental dan steril. Beberapa cara pengolahan susu sederhana yaitu: 1. Susu Pasteurisasi 2. Yoghurt 3. Permen Karamel 4. Es Puter Susu 5. Tahu Susu Pengawetan hasil ternak (daging) Dendeng Pengawetan mempunyai tujuan untuk menjaga makanan terhadap pengaruh fisis, kimiawi demikrobiologis yang tidak dikehendaki. Salah satu cara untuk mengawetkan daging adalah dengan jalan dibuat dendeng, yaitu suatu hasil olahan daging secara tradisional dengan cara menambahkan bumbu dendeng pada daging tersebut sebelum dilakukan pengeringan, baik dengan penjemuran di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering buatan. Pengeringan mempunyai tujuan untuk mengawetkan daging sehingga dapat memperpanjang masa simpan, juga memperkecil biaya pengangkutan dan pengepakan karena bahan menjadi lebih ringan dan ringkas. Daging Corned Cara pengolahan daging yang lain yaitu pengolahan daging adalah dengan jalan dibuat corned beef, yaitu dengan menambahkan bumbu corned pada daging tersebut sebelum dimasukkan dalam pengalengan dan sterilisasi. Di Luar Negri daging yang digunakan untuk membuat corned adalah daging dengan kualitas rendah, dengan demikian pembuatan corned beef yaitu untuk memanfaatkan daging yang tidak dapat dikonsumsi saat itu. Abon Sapi Abon adalah hasil olahan daging yang dibuat dengan cara pengeringan, yaitu suatu metoda untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Kandungan air tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak daspat tumbuh lagi didalamnya, sehingga daya awet daging dapat diperpanjang. V ALAT DAN MESIN PETERNAKAN Dibawah ini terdapat beberapa contoh alat dan mesin peternakan: 1. Alsin Pra Produksi: Jenis Alsin Kapasitas Manfaat AV Kambing Domba (Peralatan IB Domba/Kambing) casing dan valve, inner liner, rubber band, funnel, collection vial, warming bag Untuk menampung semen domba/kambing Greasing Stick (Peralatan IB Domba/Kambing) bahan kaca dengan panjang 25 cm Alat Pengaduk atau untuk menghomogenisasi Haemocytometer (Peralatan IB Domba/Kambing) 2 buah pipet dengan 1 buah kamar hitung Neubeuer Alat untuk menghitung media KY Jelly/Jelly Steril (Peralatan IB Domba/Kambing) Volume 82-250 gram Bahan untuk melicinkan/mensterilkan vagina speculum Pipette glass bahan galss, karet dengan penutup karet ukuran kap 10cc Alat untuk mengambil/memindahkan bahan-bahan yang bersifat cair Thermometer (AV) (Peralatan IB Domba/Kambing) glass skala 0oC s/d 100 oC Untuk mengukur suhu vagina buatan 2. Alsin Budidaya Jenis Alsin Kapasitas Manfaat Alat Kastrasi/Kebiri Alat berupa tang yang biasanya digunakan untuk mengebiri ternak dengan menjepit bagian tertentu dari alat kelamin sehingga mandul. Alat Pemanas induk buatan (Brooder) Alat yang digunakan untuk memanaskan anak ayam umur sehari (DOC) sebagai pengganti induk ayam sampai beberapa minggu sehingga bisa tahan terhadap perubahan temperatur rendah. Alat Pemisah Limbah/Kotoran Hewan - Memisahkan Limbah/Kotoran Hewan agar tampak kering dan memudahkan proses pembuatan kompos Alat Pemotong Paruh Alat untuk memotong paruh anak ayam (DOC) supaya nanti kalau sudah besar tidak mematuk serta melukai ayam lainnya. Alat Penandaan Ternak/hewan (Marking) Alat yang digunakan untuk menandai ternak/hewan, biasanya dengan gunting bernomor pada telinga atau pada leher, atau memakai cap bakar pada kulit bagian panggul. Canting Jerami (Kanister) - Silinder logam dengan als tertutup atau berlobang untuk menempatkan semen beku dalam kontainer. Dehorner - Menghentikan pertumbuhan tanduk pada pedet Hatcher Alat yang berfungsi sebagai tempat penetasan telur pada hari ke 18-22 di mesin tetas. Heat Detector - Alat untuk mendeteksi berahi pada ternak Inseminasi Gun Variatif (ruminansia kecil dan ruminansia besar) Alat yang digunakan untuk memasukkan mani/semen (spermatozoa) ke dalam saluran alat kelamin ternak betina berbentuk seperti alat suntik. Jerami Plastik (Straw) - Wadah semen beku berbentuk pipa plastik kecil (diameter 0,25mm dan 0,5mm) yang beruas-ruas seperti jerami. Kontainer Semen Beku Variatif Bejana Vakum terbuat dari bahan baja atau aluminium yang berisi Nitrogen cair digunakan untuk menyimpan sperma beku dalam jangka waktu yang relatif lama Mesin Tetas Bervariasi Alat berbentuk kotak (box) di mana bermacam-macam telur unggas (ayam, itik, dan puyuh) dapat ditetaskan menjadi anak selama waktu tertentu dengan pengaturan temperatur serta kelembaban di dalam kotak tersebut. Panas bisa berasal dari bola listrik pijar, lampu minyak tanah/gas, dan lain-lain. Mesin Tetas Tradisional 50 - 100 telur Alat Penetas Telur yang umumnya dipakai oleh petani-petani tradisional dengan menggunakan lampu minyak sebagai pemanasnya Pemotong Tanduk - Memotong tanduk pada ternak Pita Ukur Alat berbentuk pita dengan ukuran tertentu yang digunakan untuk memperkirakan berat badan dengan mengukur lingkar dada, panjang badan serta tinggi ternak. Pregnancy Detector Alat untuk mendeteksi kebuntingan pada ternak Sarung Plastik Gun (plastic sheath) - Sarung dari alat inseminasi gun yang terbuat dari plastik khusus yang digunakan saat pelaksanaan inseminasi buatan. Sarung Tangan Plastik (Plastic Gloves) 5 jari - Sarung tangan terbuat dari plastik yang digunakan dalam pelaksanaan inseminasi buatan. Setter Alat yang berfungsi sebagai tempat untuk pengeraman telur samapai hari ke 18 pada mesin tetas. Timbangan Mekanik 500 - 1000 kg Menimbang bobot hidup hewan ternak Tongkat Ukur Alat berupa tongkat dengan ukuran tertentu untuk mengukur tinggi badan hewan ternak. 3. Alsin Pasca Produksi Jenis Alsin Kapasitas Manfaat Egg Tray Alat yang berfungsi sebagai tempat menyimpan telur konsumsi/bibit atau untuk transportasi Gergaji KArkas (Carcass saw) Alat untuk membelah bagian-bagian karkas Katrol Listrik (electric hoist) Alat pengangkat karkas di RPH Kemasan Kuri Alat untuk membawa DOC untuk didistribusikan, biasanya digunakan kertas karton. Mesin Pasteurisasi Mesin yang digunakan untuk pasteurisasi atau proses pemanasan pada suhu di bawah titik didih air ( kira-kira 80 derajat Celcius) sehingga mematikan kuman-kuman penyakit tertentu. Proses Pengolahan Susu (Mesin Pendingin susu sederhana) variatif Proses pendinginan Proses Pengolahan Susu (Homogenizer) Variatif Bagian dari system pengolahan susu dimana stelah melewati bagian ini partikel-partikel susu berada dalam ukuran dan bentuk yang sama besar, agar proses pencampuran dengan partikel lain (misal coklat, pemanis) dapat merata. Proses Pengolahan Susu (Tanki Pencampur) Bervariasi Proses pencampuran susu dengan bahan tambahan lain (misal, pemanis, aroma, dll) Rel (Rail) Alat berbentuk rel gantung pada bagian atas RPH yang digunakan untuk menggantung sapi yang sudah disembelih atau karkas sehingga mudah dipindahkan. Sexing Alat yang digunakan untuk menentukan jenis kelamin pada anak ayam umur sehari. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. Rearing Dairy and Beef Cattle Present Situation of Forage Production (Technical Guide of Forage Production and Utilization). Japan Livestock Technology Association. 1999. 169 hal. Anonimous. Pengawetan Hijauan Untuk Pakan Ternak (Silase). Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. JICA Japan. Jawa Barat. 2001. Anonimous. Teknologi Pengawetan Jerami Sebagai Pakan Ruminansia. Proyek Peningkatan Produksi Ternak Sapi Potong Tersebar di 15 Kabupaten. PemerintahPropinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan. 2000. Anonimous. Anjuran Paket Teknologi Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Direktorat Bina Produksi Peternakan. 1992. 43 hal. Anonimous. Buku Petunjuk Teknologi Sapi Perah di Indonesia. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. JICA Japan. Jawa Barat. 2002. Ir. Rukmantoro Salim, Amirudin S pt , Ir. Budi Irawan Ir. Hera Hendrawan, Ir. Masayoshi NAKATANI. Petunjuk Praktis Melakukan Pengolahan Jerami Padi. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. JICA Japan. Jawa Barat. 2001. James Blakely. David H. Bade. Ilmu Peternakan. Indonesian Edition. Gadjah Mada University Press.1991. 789 hal. Soedomo Reksohadiprodjo. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE-Yogyakarta. 1995. 394 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar