-->
PENDAHULUAN
Teknologi Peternakan dalam dunia
usaha ternak merupakan suatu elemen strategi dan sekaligus menjadi prasarat
dalam peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan sistem agribisnis
peternakan di Indonesia.
Disamping jenis-jenis teknologi yang
berasal dari hasil-hasil penelitian Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi,
juga sudah berkembang jenis-jenis teknologi yang berasal dari luar negeri.
Dalam pelaksanaan usaha ternak
diperlukan suatu manajemen yang baik dan terukur yang dapat memberikan arah
yang tepat bagi masa depan usaha ternak itu sendiri. Sistem pemeliharaan yang
benar-benar mengacu kepada prinsip-prinsip dasar penanganan ternak dalam
optimalisasi produksi dengan penerapan bioteknologi pada technical services merupakan metode yang umumnya dipakai oleh
manajemen, disamping penggunakaan teknologi dalam membantu kelancaran sistem
itu sendiri. Teknologi dalam sistem pengelolaan produksi ternak ini disebut
Teknologi Produksi.
Teknologi produksi merupakan
prosedur yang terdiri atas rangkaian teknis penanganan proses keseluruhan
produksi untuk memberikan kemudahan dalam penanganan, pengawasan dan
pengendalian pada usaha ternak. Penanganan, pengawasan
dan pengendalian ini sangat berhubungan dengan kualitas hasil produksi.
Terdapat 5 (lima) pokok bahasan
tentang teknologi produksi dalam usaha peternakan, yaitu:
- Teknologi yang berhubungan dengan Hijauan Pakan
Ternak.
Pokok bahasan ini
memberikan gambaran tentang teknologi pakan yang digunakan pada ternak
ruminansia, sedangkan pembahasan mengenai berbagai bahan baku pakan konsentrat,
terutama yang merupakan sumberdaya lokal untuk setiap jenis ternak telah
terangkum dalam Modul Tatalaksana Pemeliharaan Ternak dan Modul Pengetahuan
Pakan Ternak.
- Teknologi
reproduksi.
Sistim perkawinan
ternak melalui Inseminasi Buatan dan atau Transfer Embryo dan penterentakan
birahi akan menghasilkan bibit ternak dengan mutu genetis yang tinggi dan
efisiensi biaya apabila dilakukan dengan cara yang benar dan tepat waktu.
- Teknologi
yang berhubungan Tatalaksana Pemeliharaan
Teknologi ini
meliputi tatacara memelihara ternak sesuai dengan tingkat umur dan produksi,
termasuk jenis dan tipe ternak dan kandang, kapasitas optimal, sistim
pemeliharaan, dsb. Pembahasan ini telah terangkum dalam Modul Tatalaksana
Pemeliharaan Ternak.
- Teknologi yang berhubungan dengan kebersihan susu
(milk hygiene)
Kualitas
susu ditentukan oleh kebersihan
lingkungan, ternak dan pemerah, serta peralatan yang digunakan
- Teknologi yang berhubungan dengan Pengolahan hasil
teknologi
pengolahan hasil, yaitu yang meliputi berbagai jenis cara pengolahan susu
menjadi berbagai produk, seperti pasteurisasi, es putar susu, yoghurt, permen
karamel, kerupuk, tahu susu (dadih).
Dari 5 pembahasan
di atas hanyak 3 pembahasan yaitu teknologi reproduksi, teknologi kebersihan
susu, dan teknologi pengolahan hasil.
II
TEKNOLOGI PENGAWETAN
MAKANAN TERNAK
Hijauan Makanan Ternak (Forages)
merupakan bahan makanan atau pakan utama bagi kehidupan ternak serta merupakan
dasar dalam usaha pengembangan peternakan terutama untuk ternak ruminansia
termasuk didalamnya sapi perah, sapi potong (pedaging). Untuk meningkatkan
produktivitas ternak, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah
penyediaan pakan hijauan sepanjang tahun baik kualitas dan kuantitas yang cukup
agar pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak untuk mempertahankan
kelestarian hidup dan keutuhan alat tubuh ternak (kebutuhan hidup pokok) dan
tujuan produksi (kebutuhan produksi) dapat berkesinambungan. Hal ini
dimungkinkan bila kita mampu mengelola strategi penyediaan pakan hijauan baik
rumput maupun legum.
Di Indonesia dengan kondisi iklim
dan tanah yang subur membuat peternak tidak pernah memikirkan dan merencanakan
penyediaan pakan hijauan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Sebagian
besar peternak umumnya belum memiliki lahan yang cukup untuk budidaya hijauan,
bahkan ada yang tidak memiliki lahan kebun rumput. Keterbatasan lahan untuk
penanaman hijauan merupakan kendala bagi peternak. Di samping itu para peternak
belum mengupayakan lahan kebun rumputnya dikelola secara baik dan efektif
sehingga produktivitasnya belum optimal.
Produksi rumput dari kebun rumput
bila dipelihara secara optimum pada bulan basah akan menghasilkan hijauan yang
maksimum, tetapi hal ini perlu dilakukan penanganan secara baik dan benar untuk
dijadikan cadangan pada musim kemarau, sehingga memenuhi kebutuhan hijauan
untuk ternaknya baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini dapat dilakukan
jika sistem pengelolaan penyediaan hijauan dari pemotongan kemudian diberikan
langsung kepada ternak, menjadi dari kebun rumput ke gudang hijauan baru
diberikan kepada ternak. Perubahan ini tidak mudah tetapi jika dicoba akan
memberikan hasil yang efisien dan efektif dengan memfungsikan gudang pakan
sebagai sentral manajemen pakan. Pada lingkup gudang pakan inilah perencanaan
pakan peternak bermula, dari mulai panen hijauan hingga prosesing hijauan untuk
persediaan dimusim sulit pakan.
Penyediaan hijauan sepanjang tahun
dengan teknik yang sederhana dan murah dapat terlaksana tergantung kepada
kemapuan dan kemauan dari setiap pengelola kandang dalam pemeliharaan
ternaknya.
Beberapa
cara pengolahan hijauan untuk menyediakan hijauan sepanjang tahun antara lain :
1.
Pengolahan dengan
pembuatan silase
(proses fermentasi
dengan tidak mengubah zat gizi hijauan tersebut)
2.
Pengolahan dengan
pembuatan hay
(proses penyimpanan
secara kering dengan mengurangi kandungan air hijauan tersebut)
3.
Pengolahan dengan
proses amoniasi
(proses
pengolahan dengan bantuan urea (NH3) untuk meningkatkan kandungan protein kasar dan mengurangi kandungan lignin)
A. SILASE
Silase adalah pakan yang telah diawetkan
yang diproduksi atau dibuat dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah
dari industri pertanian dan lain-lain
dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang diisikan dalam sebuah
silo (dalam suasana silo). Pada silo,
bakteri asam laktat akan mengkonsumsi gula pada
bahan material dan akan terjadi proses fermentasi asam laktat dalam
kondisi anaerob.
Terbentuknya silase sebagai akibat
pengaruh fermentasi asam laktat yang bermanfaat, dan disimpan dalam jangka
waktu yang lama dengan tingkat kehilangan nutrisi untuk fermentasi seperti : pH
yang rendah dan stabil, asam laktat, gas karbondioksida (CO2), gas nitrogen,
dan lain-lain.
Pada dasarnya, jika tanaman hijauan
cacahan dibiarkan di udara terbuka akan mengakibatkan penurunan nilai karena
adanya aktivitas mikroorganisme yang bersifat aerob. Salah satu jalan untuk mencegah penurunan ini
dengan menyiapkan pembuatan silase dengan menggunakan fermentasi asam laktat
pada kondisi anaerob.
Fermentasi asam
laktat dipengaruhi oleh hubungan antara faktormikro biologi, kimia, dan fisik
Asimilasi
Pakan
Hijauan + 6H2O + 6 CO2 + 673 Kcal C6 H12
O6 + 6O2
(Pakan
Hijauan) (Air) (Karbon (Energi Respirasi (Gula) (Oksigen)
Dioksida) Cahaya)
Terdapat beberapa metode pengolahan hijauan menjadi silase tergantung dari bahan
pengawet yang digunakan. Dibawah ini terdapat bahan pengawet dan dosis yang
digunakan yang dapat menjadi pedoman bagi peternak dalam pengolahan silase.
Persiapan
Dasar untuk Mendapatkan Kualitas Silase yang Baik adalah:
1.
Udara dalam silo.
Fermentasi silase adalah fermentasi asam laktat dalam kondisi anaerob, oleh
karena itu pengisian bahan dilakukan
dalam waktu yang singkat dan segera ditutup dengan baik.
2. Kandungan air dalam bahan
lebih baik berada pada kisaran 60 – 70 %.
3. Kandungan gula dalam bahan .Kandungan gula yang larut
dalam air pada bahan kering lebih dari 12% dan 3% pada bahan segar. Jika kandungan gula tidak cukup tersedia
dalam bahan , maka perlu ditambahkan gula.
4.
Penyimpanan harus berada pada suhu yang serendah mungkin. Jangan
lakukan diatas meja, tetapi faktor penting lainnya adalah
5. Pemotongan atau pencacahan bahan.
6.
Pemadatan atau
penekanan perlu dilakukan untuk meningkatkan isi silase
Tabel. Jenis, Karakteristik dan Jumlah Bahan Pengawet yang Harus
Ditambahkan
B. JERAMI (HAY)
Keadaan Alam mempengaruhi ketersediaan hijauan
padang penggembalaan, dimusim kering akan berkurang hasilnya. Hasil berlebih di musin basah dapat diawetkan dengan mengeringkan hijauan
(hay)
Jerami (hay) adalah
hijauan rumput, legum atau limbah hasil
pertanian yang dikeringkan yang dijadikan Keadaan Alam mempengaruhi
ketersediaan hijauan padang penggembalaan, dimusim kering akan berkurang
hasilnya. Hasil berlebih di musin basah dapat diawetkan dengan
mengeringkan hijauan (hay)
Jerami (hay) adalah
hijauan rumput, legum atau limbah hasil
pertanian yang dikeringkan yang dijadikan bahan pakan bagi ternak ruminansia. Jerami sangat penting bagi ternak. Berikut ini beberapa karakteristik dari
hay sebagai pakan ternak:
- Hay pada sapi muda dapat meningkatkan perkembangan
fungsi rumen, sedangkan pada sapi dewasa kandungan bahan kering pada hay
dapat meningkatkan daya serap bahan makanan.
- Kualitas
hay sangat baik dimana palatabilitas ternak meningkat (sangat disukai
ternak)
- Kualitas
hay menjadi bermacam-macam tergantung cuaca, pada cuaca yang sangat buruk
(musim hujan) beberapa satuan nutrisi akan berkurang.
- Hay dibandingkan dengan silase lebih ringan empat
kalinya dengan kandungan bahan
kering yang sama.
Untuk mendapatkan nilai gizi yang tinggi dan palatabilitas yang tinggi,
hijauan atau legum harus dipotong sebelum berbunga. Kemudian hijauan tersebut
dibiarkan mengering di lapangan atau dengan pengeringan paksa. Bahan Kering Hay
nilainya kurang dari 60%.
C. PENGOLAHAN JERAMI PADI
Jerami
padi merupakan limbah hasil pertanian tanaman padi. Jerami padi ini dapat
dimanfaatkan menjadi pakan ternak namun kualitasnya menurun dengan cepat
setelah padi di panen. Oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan terhadap
jerami padi tersebut agar nilai gizi dan daya cernanya meningkat.
Terdapat berbagai metode yang dapat ditempuh
dalam pengolahan jerami berupa perlakuan Fisik dan kimia.
Perlakuan Fisik
Jerami bagian atas kualitasnya relatif
lebih baik dibandingkan dengan bagian bawah, mengurangi ukuran panjang dan
memotongnya merupakan salah satu cara sehingga ternak makin mudah mengunyahnya.
Perlakuan Kimia
Amoniasi
Terdapat beberapa bahan kimia yang
dapat dimanfaatkan seperti kaustik soda (NaOH), namun kurang aman bagi
lingkungan. Terdapat cara yang lebih aman yaitu dengan menggunakan urea.
Urea merupakan salah satu sumber
amoniak (NH3) berbentuk padat, selain NH3 dalam bentuk
gas cair, dan NH4OH dalam bentuk cairan yang biasa digunakan dalam
pengolahan jerami padi segar menjadi jerami hasil olahan yang biasa disebut jerami
amoniasi.
Pengolahan jerami padi dengan NH3
gas yang dicairkan masih sulit dilaksanakan di Indonesia, selain harganya mahal
juga memerlukan tangki khusus dengan tekanan tinggi minimum 10 bar. Demikian
pula dengan larutan amoniak NH4OH terbatas digunakan di laboratorium
dan hanya untuk penelitian saja.
Satu-satunya sumber NH3 yang
mudah didapat dan masih terjangkau biayanya oleh petani adalah urea. Urea yang
banyak beredar untuk pupuk tanaman pangan adalah dalam bentuk :
NH2
O = C
NH2
Dimana kadar nitrogen yang terkandung didalamnya adalah
46 persen.
Dosis
amoniak (berat nitrogen yang digunakan dibandingkan dengan berat kering jerami)
yang biasa digunakan secara optimal adalah 3 – 5 % NH3 dari berat kering jerami. Kurang dari 3 %
tidak ada pengaruhnya terhadap daya cerna maupun peningkatan kandungan protein
kasar, tetapi amoniak ini hanya berfungsi sebagai pengawet saja. Bila lebih
dari 5 % amoniak akan terbuang karena tidak sanggup lagi diserap oleh jerami
dan akan lepas ke udara bebas, kerugiannya hanya pemborosan amoniak yang
berarti kerugian ekonomis saja.
Penggunaan jerami amoniasi sebagai
sumber hijauan penggunaan konsentrat yang mahal harganya dapat dikurangi,
karena adanya penambahan protein yang diperoleh dari hasil pengolahan dengan
amoniak dapat menggantikan sintesa mikroorganisme dalam rumen dan sama sekali tidak
mengakibatkan keracunan.
APLIKASI TEKNLOGI DALAM BERBAGAI BAHAN PAKAN
A. SILASE DAUN JAGUNG
Pohon Jagung berumur 90 sampai 100 hari merupakan limbah pertanian yang
baik bila proses untuk pembuatan silase, dalam rangka penyediaan stok hijauan
sepanjang tahun.
Bahan silase dari pohon jagung dengan kandungan air 60 – 70 % yang baik
untuk pengawetan melalui proses fermentasi. Daun jagung sebagai limbah
pertanian dapat diberikan pada sapi baik dalam bentuk segar maupun setelah melalui
proses pengawetan. Bila daun jagung diberikan dalam bentuk segar dan tidak
dicacah maka hijauan tersebut banyak tersisa dan terbuang. Ini merupakan
pekerjaan yang sangat merugikan bila dalam bak makan banyak hijauan yang tidak
dimakan oleh ternak tersebut.
Daun jagung yang
akan digunakan dalam pembuatan silase sebaiknya dicacah dengan panjang 10 – 50
mm, karena pada waktu pencacahan akan :
- Daun jagung akan mengurangi kadar air lebih mudah
melakukan pemadatan sehingga
- (oksigen) akan dikeluarkan dan ukuran sama agar
kondisi hijauan lebih padat dan kedap udara.
Daun jagung yang dipotong-potong/ dicacah bila dalam bentuk segar diberikan
kepada ternak akan habis termakan dan di dalam bak makan tidak ada yang
tersisa, terbuang percuma, lama ternak mengunyah waktunya lebih singkat, jumlah
hijauan yang dimakan akan lebih banyak, jumlah hijauan yang terbuang akibat
sifat memilih ternak serta hijauan yang terinjak akan berkurang, dan akan lebih
efektif serta efisien dalam penggunaan tenaga kerja.
Pembuatan silase dilakukan di dalam silo. Silo dapat terbuat dari kantong
plastik untuk bagian dalam dan karung plastik untuk bagian luar. Hal ini untuk
menciptakan suasana an-aerob dalam pembuatan silase yang paling sederhana. Bila
mempunyai modal yang lebih banyak dapat membuat silo baik yang dari drum,
tembok (semen) maupun silo tanah.
Untuk proses fermentasi diperlukan stater untuk merangsang perkembangan
bakteri asam laktat, stater (bahan yang merupakan sumber karbohirat misalnya :
tetes atau gula pasir) ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang mengadung
karbohidrat, dapat pula dibantu dengan bahan kimia (asam formiat) bila
kandungan air dari bahan cukup tinggi.
Semua bahan yang diperlukan dicampur secara merata.
Setelah campuran merata baru dimasukan ke dalam karung plastik yang
dilapisi kantong plastik, sedikit demi sedikit sehingga padat.
Padatkan sehingga tidak ada celah untuk udara di dalam kantong
plastik, bila tidak padat akan merusak
kualitas silase yang dihasilkan
Setelah padat dan penuh tutup dan tekan agar udara di dalam plastik keluar,
ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak terdapat udara di dalam
ataupun udara yang masuk dan jangan sampai bocor.
Ikatan harus rapi dan kuat pada tiap bagian baik waktu mengikat kantong
plastik maupun karung plastik. Jagan sampai ada gelembung
udara dalam kantung plastik/silo. Hal ini bertujuan agar kondisi di dalam silo
dalam keadaan an-aerob
|
Dalam kondisi terikat rapi ini dapat disimpan dengan ditumpuk. Waktu
penyimpan dan proses fermentasi terjadi selama 3 minggu (21 hari), setelah
melewati umur penyimpanan ini dapat tahan disimpan selama 3 – 6 bulan asalkan
jangan dibuka tutup.
Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapat dibuka untuk diberikan kepada
ternak, bila tidak jangan dibuka dan simpan sampai diperlukan. Pada waktu
pemberian kepada ternak jangan sering dibuka tutup dalam 1 hari cuma boleh
dibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan bersama-sama),
sebab kalau sering dibuka tutup kualitas silase akan cepat rusak.
Kualitas silase yang baik dapat diketahui dari keadaan fisik silase salah
satu standar penilaian kualitas silase yang baik dapat di lihat pada Tabel
Kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak.
Ternak yang belum terbiasa makan silase diberikan sedikit demi sedikit,
dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat
seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan, hal ini sangat membantu dalam
pekerjaan di kandang dan sangat
menghermat waktu
Selamat
mengerjakan dan mencoba.
B.
SILASE RUMPUT GAJAH ATAU RUMPUT RAJA
Produksi hijauan di kebun rumput
baik itu rumput Gajah ataupun rumput Raja bila melebihi atau melewati umur
potong akan mengurangi kulitas hijauan tesebut, untuk mengoptimalkan produksi
dan menjaga kualitas, pemotongan dilakukan harus tepat waktu. Umur potong
rumput yang optimal pada 7 minggu atau 50 hari. Bila produksi rumput berlebih
dan akan dibuat silase untuk stok perlu pengurangan kadar air rumput dengan
cara disimpan berdiri jangan di tidurkan atau ditumpuk untuk menghidarkan dari
kerusakan selama 2 - 3 hari, dan harus disimpan terlindung atau di bawah atap.
Setelah disimpan selama 2-3hari dan
kandungan air berkurang cacah rumput tersebut dengan panjang cacahan 10-50mm.
Diperlukan Dedak murni untuk bahan
starter dalam pembuatan silase rumput Raja dan rumput Gajah, kualitas dedak ini
dapat menentukan baik tidaknya kualitas silase yang akan dihasilkan. Campurkan dedak dan cacahan rumput secara
merata
Hasil percampuran dimasukkan dalam
silo yang telah dilapisi dengan plastik. Padatkan bahan silase dengan cara
ditekan atau diinjak-injak, hal ini dilakukan supaya tidak ada ruang diantara
potongan rumput yang berarti tidak ada tempat bagi oksigen. Pencampuran rumput
dan dedak harus benar-benarmerata agar kualitas silaseyang dihasilkan baik.
Setelah dipadatkan dan ditekandengan
baik, ikat plastik dengan kuatagar tidak ada udara yang masuk,karena proses
fermentasi silase harus dalam keadaan an-aerob (tidak adaoksigen). Beri beban
diatasnya agar terdapat tekanan ke bawah sehingga kondisi an-aerob terjadi
dengan baik
Setelah 21 hari proses fermentasi telah selesai plastik dapat dibuka. Untuk
mengetahui kualitas silase yang dihasilkan salah satunya dapat mengacu pada
tabel kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak. Berikan kepada Sapi atau ternak ruminasia
lainnya, jika tidak suka coba campur dahulu dengan rumput yang biasa
dikonsumsi, setelah sapi menyukai dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan
C. SILASE RUMPUT LAPANG
Rumput lapang yang
berlebih sebaiknya diproses menjadi silase untuk memenuhi kebutuhan di waktu
kekurangan hijauan pada musim kemarau.
Pembuatan silase
rumput lapang diperlukan stater untuk mengoptimalkan fermentasi asam laktat,
salah satu stater yang baik adalah dengan penambahan tetes + 10 %.
Rumput yang akan dibuat
silasedijemur/diangin-anginkan beberapajam, untuk mengurangi kandunganairnya.
Pada waktu penjemurandilakukan pembalikan beberapa kaliagar pengeringan terjadi
secara merata.
Rumput yang telah dijemur ditimbang
sesuai dengan kebutuhandalam pembuatan silase. Timbang tetes/molase yang
diperlukan,untuk setiap 100 kg rumput lapang dibutuhkan tetes 10 kg (10 %
dariberat bahan baku silase). Setelah ditimbang tetes dituangkan kerumput
lapang yang telah kering udarasesuai dengan takaran.
Campurkan kedua bahan tersebut
secara merata agar hasil fermentasi baik,sehingga menghasilkan silase
yangberkualitas baik.
Sediakan plastik yang sesuai
dengandrum yang akan digunakan, fungsiplastik disini untuk memudahkanpenutupan
sehingga tercipta kondisian-aerob dalam proses fermentasinya. Plastik harus dapat masuk ke dalamdrum dan dapat ditutup dengan rapatagar
kondisi silo tertutup dengan baik.
Padatkan sepadat mungkin
rumputdi dalam drum tersebut dengan caraditekan atau diinjak-injak agar tidakada
ruang untuk oksigen. Hal inidilakukan supaya silase yangdihasilkan kualitas
silase yang baik.
Masukkan bahan silase
kedalamdrum yang telah dilapisi plastik. Tutup dan tekan agar udara didalam
keluar kemudian ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak ada udara
masuk ke dalam, serta jangan sampai bocor. Setelah rumput padat sebelum diikat
dibagian atas dari tumpukan rumput dalamdrum tersebut di beri tetes sedikit
sajauntuk membantu proses terjadifermentasi lebih baik.
Setelah ditutup diatasnya
disimpan bebanagar mendapat tekanan ke bawah sertatidak ada udara yang masuk,
disampingitu letakan ditempat yang beratap agartidak kehujanan. Biarkan
fermentasiterjadi, diamkan selama 21 hari untukmendapat silase yang baik.
Setelah disimpan 3 minggu
(21 hari) dapatdibuka untuk diberikan kepada ternak, bilatidak jangan dibuka
dan simpan dalamkondisi tertutup dapat disimpan 3 – 6 bulan.Pada waktu
pemberian kepada ternak jangansering dibuka-tutup dalam 1 hari cuma bolehdibuka
1 kali (untuk makan ternak pagi dansore dikeluarkan sekaligus) sebab
kalausering dibuka tutup kualitas silase akan cepatrusak.
Sapi yang belum terbiasa
makansilase diberikan sedikit demi sedikit,di campur dengan hijauan yang
biasadimakan. Jika sudah terbiasa dapatseluruhnya diberikan silase sesuai
dengankebutuhan, hal ini sangat membantu dalampekerjaan di kandang dan
sangatmenghemat waktu.
Pada tabel
berikut ini merupakan penilaian terhadap kualitas silase yang dihasilkan dari
proses pembuatan silase yang disimpan selama 21 hari dalam suasana silo.
KUALITAS
SILASE YANG BAIK DAN LAYAK UNTUK MENJADI PAKAN TERNAK
Indikator Penilaian
|
Nilai
|
Penjelasan
|
Nilai yang
diperoleh
|
Wangi
|
25
|
1.
Wangi seperti
buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk mencicipinya.
2. Ingin
mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi
3. Bau
asam, dan apabila diisap oleh hidung, rasa/wangi baunya semakin kuat atau
sama sekali tidak ada bau.
4. Seperti
jamur dan kompos bau yang tidak sedap
|
25
20
10
0
|
Rasa
|
25
|
5.
Apabila dicoba
digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult.
6. Rasanya
sedikit asam
7. Tidak
ada rasa
8. Rasa
yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya.
|
25
20
5
0
|
Warna
|
25
|
9.
Hijau
kekuning-kuningan
10. Coklat
agak kehitam-hitaman
11. Hitam,
mendekati warna kompos
|
25
10
0
|
Sentuhan
|
25
|
12.
Kering, tetapi
apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena
baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa
13. Kandungan
airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila ditangan
dicuci bau wanginya langsung hilang.
14. Kandungan
airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan, harus
dicuci dengan sabun supaya baunya hilang.
|
25
10
0
|
JUMLAH
|
100
|
Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna +
Nilai sentuh
|
D. PROSES AMONIASI CARA BASAH
Teknik yang digunakan dalam proses amoniasi cara basah ialah dengan :
kantong plastik
Bahan-bahan :
Ø 15
kg jerami kering udara
Ø 870
gram urea
Ø 5
liter air
Peralatan :
Ø 2 lembar kantong plastik ukuran 100 x 150 cm dengan
ketebalan 0,4 cm
Ø 1
buah ember
Ø 1
timbangan
Ø 1
alat pengaduk
Cara
pembuatan
:
1.
Kantong plastik
langsung dilapis dua dengan cara memasukan lembar pertama ke dalam lembar
kedua. Maksudnya merangkap plastik ini adalah agar lebih kuat dan menghindarkan
bocor.
2.
Seluruh jerami
dimasukkan ke dalam plastik agak dipadatkan dengan cara menekan/mendorong
jerami tersebut ke arah dalam tetapi jangan diinjak karena dapat menyebabkan
plastik pecah atau sobek.
3.
Larutkan 870 gram
urea ke dalam ember yang berisi 5 liter air dengan cara diaduk sampai benar-benar
larut hingga tidak ada lagi butir-butir urea yang terlihat.
4.
Siramkan larutan urea
tersebut ke dalam kantong plastik yang berisi jerami dengan embrat agar lebih
mudah dan dapat merata, sampai seluruh larutan tersebut habis.
5.
Tutup dahulu kantong
plastik lapis dalam dengan cara mengikat bagian atasnya, kemudian baru kantong
plastik bagian luarnya. Kantong plastik ini dapat disimpan di tempat yang telah
disediakan dan cukup aman.
6.
Setelah satu bulan
kantong plastik dapat dibuka, ketika membuka plastik harus hati-hati karena
selama proses amoniasi ini terjadi pembentukan gas, sehingga ketika plastik
tersebut dibuka gas akan keluar dan dapat menyebabkan pedih di mata. Jerami
hasil amoniasi kemudian diambil lalu diangin-anginkan selama dua hari sebelum
diberikan kepada ternak.
Catatan :Untuk proses amoniasi dalam jumlah banyak
maka jumlah kantong plastik harus disediakan dalam jumlah yang cukup. Bila
pengolahan cara ini dilakukan dengan hati-hati, maka kantong plastik tersebut
dapat dipakai ulang sampai tiga kali. Biasanya hanya dua kali pakai.
E. PROSES AMONIASI CARA KERING
Proses amoniasi jerami padi telah
disederhanakan oleh Masaru Murai dari Tohoku National Agricultural Experiment
di Jepang, yaitu dengan cara urea yang digunakan ditaburkan langsung di atas
jerami padi yang akan diamoniasi. Prinsip pembuatannya sama dengan amoniasi
cara basah, hanya cara kering urea tidak dilarutkan dalam air.
Contoh
pembuatan amoniasi secara kering adalah :
Bahan-bahan
:
Ø 100 kg
jerami padi kering udara
Ø 3-4 kg
urea
Peralatan
:
Ø Lembaran
plastik dengan ketebalan 0,4 cm
Ø Timbangan
Ø Kayu
untuk mengemas jerami padi
Cara
Pembuatan :
1). Jerami
yang sudah terpilih dan ditimbang diikat dengan tali yang terbuat dari bambu,
setelah itu dikemas supaya mudah dalam penanganannya.
2). Taburi
urea secara merata pada setiap ikatan/bal jerami.
3). Setelah
merata bungkus dengan palstik secara rapat agar tidak ada udara yang masuk/an
aerob.
4). Simpan
di tempat yang teduh dan tidak kena hujan/air. Sebaiknya di atas plastik
pembungkus ini diberi beban agar ada tekanan ke bawah, sehingga gas amoniak
yang terbentuk dimanfaatkan oleh jerami. Lama proses penyimpanan selama satu
bulan.
5). Setelah
satu bulan jerami olahan dapat dibuka, hasil yang baik ditandai dengan bau
amoniak yang menyengat, oleh karena itu hati-hati ketika membuka karena dapat
menyebabkan mata pedih.
6). Setelah
bau yang menyegat berkurang pindahkan ke ruang penyimpanan. Simpan di tempat
yang beratap dan tidak kena hujan. Perhatikan ventilasi gudang penyimpanan
udara harus bebas mengalir.
Cara Penyimpanan
Jerami Amoniasi
Jerami amoniasi cara basah dengan
kantong plastik, drum, maupun silo dalam tanah sebagian besar terutama di
bagian bawah sangat lembab bahkan basah. Jerami ini setelah diangin-anginkan
selama 2 atau 3 hari masih tetap basah. Jerami lembab ini sebaiknya langsung
diberikan kepada ternak dan harus habis dalam jangka waktu satu minggu.
Pada daerah tertentu terutama
dataran tinggi jerami amoniasi yang masih lembab akan menyebabkan tumbuhnya
jamur kayu atau jamur putih yang halus pada permukaan jerami amoniasi. Jamurnya
sendiri tidak berbahaya untuk ternak, tapi kurang estetik dan bagian permukaan
itu agak menurun kualitasnya. Terutama bila jerami tersebut ditumpuk di udara
terbuka dan terkena air hujan maka akan terjadi proses pelapukan (dekomposisi).
Untuk disimpan jangka lama maka
jerami amoniasi tersebut harus dijemur dan dikeringkan di panas matahari selama
kurang lebih satu minggu hingga kadar air mencapai 20 %. Bila jerami tersebut
sudah dijemur dan kering maka dapat disimpan di bawah atap dan tahan 6 bulan
sampai satu tahun tanpa adanya penurunan kualitas.
Penjemuran dilakukan dengan cara
sederhana yaitu dijemur di atas pelataran semen atau tanah dengan ketebalan 10
cm. Dengan cara ini penjemuran tidak memakan waktu lama, dalam waktu tiga hari
sudah kering.
Bila di musim hujan dimana
penjemuran tidak memungkinkan, jerami amoniasi tidak perlu dikeluarkan dari
kantong plastik, drum bekas, ataupun silo. Dikeluarkan sedikit demi sedikit
seperlunya untuk kebutuhan sehari-hari sampai habis.
Cara
Penyajian Jerami Amoniasi
Yang dimaksud dengan cara penyajian
adalah bagaimana memberikan jerami hasil amoniasi kepada ternak agar dimakan
oleh ternak dan peternak memperoleh manfaat dari pemberian jerami tersebut.
1).
Bentuk penyajian
Dalam
penyajian jerami amoniasi ini tidak perlu dicincang, jadi dapat diberikan dalam
bentuk utuh, karena dari hasil penelitian jumlah yang dikonsumsi oleh ternak
baik yang dicincang maupun yang utuh akan sama saja, sehingga untuk ekonomisnya
tidak perlu dicincang.
Bila
tersedia konsentrat, maka sebaiknya konsentrat diberikan terlebih dahulu
kira-kira satu jam sebelum pemberian jerami, hal ini dimaksud untuk merangsang
perkembangbiakan mikroorganisme dalam rumen karena karbohidrat siap pakai dan
protein yang tersedia dalam konsentrat cukup sebagai pendorong perkembangbiakan
mikroorganisme dalam rumen terutama bakteri selulolitik yang mencerna serat
kasar jerami.
2) Air minum
Dalam
penyajian jerami padi sebagai makanan pokok, masalah air minum sangat perlu
sekali diperhatikan. Seperti kita ketahui bila seekor sapi dewasa diberi rumput
segar sebanyak 40 kg/ekor/hari, maka dalam rumput segar mengandung kadar air
antara 80 – 85 %. Jadi wajar bila seekor sapi diberi rumput segar tidak banyak
minum karena kebutuhan airnya telah dipenuhi dari rumput (rumput segar 40 kg =
8 kg bahan kering + 32 liter air).
Lain
halnya, bila ternak diberi makan jerami karena kadar airnya rendah hanya
kira-kira 20 –30 persen saja. Misalnya dalam sehari seekor sapi menghabiskan 10
kg jerami maka berarti sapi tersebut akan memakan 8 kg bahan kering dan 2 liter
air, dengan demikian maka sapi tersebut membutuhkan air minum kurang lebih
sebanyak 30 liter air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Oleh
karena itu, bila memberikan makan ternak dengan bahan pokok jerami hendaknya
sepanjang sore dan malam hari terus tersedia air minum yang cukup. Jerami padi
merupakan pakan hijauan yang sangat miskin mineral, oleh karena itu pada setiap
pemberian pakan jerami jangan lupa diberikan mineral secara teratur.
III
TEKNOLOGI
REPRODUKSI
TERNAK
Teknologi reproduksi merupakan satu
kesatuan dari teknik-teknik rekayasa sistem reproduksi hewan yang dikembangkan
melalui suatu proses penelitian dalam bidang reproduksi hewan secara terus
menerus dan berkesinambungan dengan hasil berupa alat, metoda ataupun alat dan
metoda yang dapat diaplikasikan dengan tujuan tertentu.
Terdapat banyak sekali teknologi
reproduksi yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan usaha peternakan
yang ditujukan untuk meningkatkan populasi dan produksi. Beberapa diantaranya
telah dipakai di Indonesia namun sebagian besar masih merupakan teknologi yang
langka yang umumnya dikarenakan biaya perlakuannya dan peralatannya sangat mahal.
Berikut ini beberapa aplikasi
teknolgi yang dapat dikembangkan untuk tujuan meningkatkan populasi dan
produksi pada ternak.
INSEMINASI BUATAN
Yang
dimaksud dengan Iseminasi Buatan adalah Kawin
buatan dengan menggunakan semen beku pejantan unggul.
Keuntungan IB:
- Bibit unggul selalu tersedia dan mudah diperoleh dan
bisa disediakan untuk hampir semua peternak.
- Pengurangan kemungkinan terjadinya bahaya, pekerjaan
dan ongkos perawatan. Pada umumnya pejantan ternak besar, galak dan berani
menyerang manusia.
- Bahaya lain ialah crossbreeding yang tidak disukai
dapat dihindari. Dalam kawanan ternak yang terdiri atas bermacam-macam
jenis ras ternak dengan hanya satu pejantan, maka crossbreeding tidak
dapat dihindari.
- Dapat
Menciptakan ternak pure-bred (ternak murni dari satu jenis).
- Dengan IB, pemilihan pejantan yang baik lebih mudah
dan lebih cepat dilaksanakan.
- Pencegahan
terhadap penjalaran penyakit menular seperti misalnya; trichomoniasis dan
brucellosis yang tersebar dari hewan betina yang satu ke yang lainnya
karena perkawinan secara alam.
Dalam pelaksanaan IB ini dibutuhkan
tenaga IB yang berpengalaman dan bertanggung jawab. Bila Pelaksana IB yang
kurang pengalaman dan tidak bertanggung jawab maka dapat merugikan program IB
di daerah-daerah.
Semen sejak keluar dari penis sampai
penempatannya dalam alat reproduksi betina mengalami berbagai pengolahan
seperti misalnya penampungan, pengujian atau penilaian, pengenceran,
penyimpanan dan inseminasi; maka bila salah satu dari pengerjaan itu tidak
beres, tujuan IB tentu tidak bisa tercapai.
Inseminasi yang ceroboh akan
mengakibatkan perlukaan pada serviks dan uterus. Bila tidak tepat waktu akan
menyebabkan rendahnya angka konsepsi. Kurang kebersihan bisa merupakan sumber
penyebaran penyakit dari kelompok ternak yang satu ke kelompok yang lainnya
karena syarat-syarat dan Prosedur IB yang tidak diikuti dengan sebaik-baiknya.
Inseminasi Buatan umumnya
dilaksanakan pada ternak seperti Sapi
(sapi perah dan sapi potong), domba/kambing, Babi, Itik dan ayam.
Perlengkapan
Inseminasi yang digunakan pada setiap ternak umumnya sama namun dari segi
bentuk dan ukuran bereda-beda. Perbedaan ini didasarkan kepada anatomi dan
fisiologi alat kelamin yang berbeda-beda pada setiap hewan.
EMBRIO TRANSFER
Pengembangan teknik embrio transfer
atau teknik pencangkokan mudigah diperlukan induk jenis unggul yang
menghasilkan embrio dan induk biasa yang akan menerima embrio untuk dibesarkan
dalam uterusnya. Induk jenis unggul yang menghasilkan embrio selanjutnya
disebut donor dan induk yang menerima embrio disebut resipien.
Seekor donor dengan melalui metoda
superovulasi dapat menghasilkan banyak embrio dalam satu periode berahi, dan
jumlah resipien harus lebih banyak dari jumlah donor. Kondisi uterus donor dan
resipien harus sama agar embrio yang dipindahkan dari donor ke resipien bisa
tumbuh secara normal. Cara untuk menyamakan kondisi uterus donor dan resipien
adalah menyerentakan berahi hewan-hewan itu. Jika mereka dapat mengalami berahi
dalam waktu yang sama maka keadaan uterus mereka akan mengalami
perubahan-perubahan yang sama setelah berahi itu berlalu.
PENYERENTAKAN BERAHI
Yang dimaksud dengan menyerentakkan
berahi adalah, membuat hewan-hewan betina berahi secara serentak. Berahi yang
terjadi pada sekelompok hewan betina tertentu dapat diatur sedemikian rupa yang
dapat juga dilakukan melalui metode penyuntikan steroid yaitu penyuntikan
estrogen yang umumnya dilakukan pada sapi. Namun pada hewan babi dilakukan
dengan penyuntikan bahan kimia lain yang bukan steroid dengan kode produksi
pabrik obat ICI 33828.
Penyerentakan berahi sangat menguntungkan terutama pada Transfer Embrio dan
Inseminasi buatan. Pada Inseminasi Buatan, proses dapat dilakukan secara
bersamaan terhadap sekelompok ternak betina dan dapat menghemat waktu dan biaya
transportasi.
IV
TEKNOLOGI KEBERSIHAN SUSU
(MILK HYGIENE)
Pentingnya
Kebersihan Susu.
Perlakuan
kebersihan susu yang baik akan memberikan hasil susu dan produk-produk susu
yang bersih dan sehat dengan memanfaatkan peralatan yang kurang lengkap dan
pada umumnya ditemui pada peternakan-peternakan kecil didaerah tropis.
Kebersihan susu yang baik akan memberikan
- Hasil-hasil susu yang
sehat untuk konsumsi manusia.
- Hasil-hasil susu akan
mempunyai kualitas yang baik dalam
penyimpanan
Kebersihan
susu yang tidak baik akan berakibat:
- Produk menjadi busuk,
produk ditolak oleh pembeli, dan tersebarnya berita dikalangan pembeli
mengenai hal itu;
- Timbulnya penyakit
dari makanan yang busuk; Penurunan pendapatan produsen;
- Penurunan penilaian
terhadap produk dan tingkat kebanggaan industri produsen, dan;
- Tidak
dapat diterima oleh peraturan/hukum yang berlaku.
- Mikro
organisme (bakteri) akan tumbuh dengan cepat dalam susu yang tidak bersih.
Kesehatan dan Kebersihan Petugas/Pemerah
Terdapat
bberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan susu.
Kesehatan
petugas pemerahan
Orang yang mengalami/menderita
penyakit menular seperti penyakit pernafasan (contoh : radang saluran
pernafasan
atau
influensa) atau penyakit pencernaan (contoh : diare), akan mengeluarkan bakteri
dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan dalam keadaan sehat. Oleh
karena itu jangan menangani susu atau menangani sapi perah apabila sedang:
- Menderita sakit tenggorokan atau perut (diare
dan/atau muntah-muntah).
- Peradangan kulit (peradangan kulit dan bengkak,
jerawat
- yang terinfeksi, bintik bintik merah pada kulit,
dll.
- Influensa berat atau dernam
Menghindari pencemaran
Untuk mengurangi pencemaran susu, petugas harus memahami
untuk menghindari kebiasaan buruk yang mengakibatkan kekotoran, dan mencegah
perlakuan-perlakuan berikut pada saat menangani susu dan peralatannya, yaitu :
-
Menggaruk-garuk
pada bagian tubuh seperti muka, hidung, mulut, telinga,atau rambut;
-
Batuk atau bersin
yang langsung diarahkan kepada susu atau produk susu;
-
Menyentuh, memencet jerawat, bisul
atau luka.
-
Menggunakan cairan pelumas pada tangan
untuk memerah atau menggunakan salep atau krim pelumas;
-
Mencoba rasa susu atau produk susu
dengan menggunakan jari atau sendok yang berulang kali digunakan tanpa dicuci.
Kebersihan
Petugas pemerahan
Mencuci tangan adalah sederhana,
tetapi biasanya tidak dilakukan dengan benar
Cara
mencuci tangan dan lengan
-
mencuci tangan dengan air untuk
membuang kotoran yang melekat;
-
mencuci dengan menggunakan sabun yang
berbusa banyak dan air.
-
menyikat/membersihkan bagian bawah
kuku;
-
kemudian
mengeringkan dengan kertas tissue sekali pakai.
-
Jangan merokok
tembakau, atau bahan lainya pada saat menangani susu. Merokok akan berakibat
pencemaran langsung terhadap makanan oleh abu atau puntung rokok; batuk; pencemaran makanan oleh tangan yang
menyentuh bibir pada saat merokok.
-
Pakaian
pelindung; Disarankan untuk menggunakan tutup kepala dan sarung tangan untuk
mencegah kotoran rambut dan tangan jatuh kedalam susu, dan mencegah terjadinya
pencemaran silang.
Kebersihan lingkungan mencakup lingkungan luar dan
lingkungan dalam. Lingkungan luar meliputi diluar lokasi produksi, sedang
lingkungan dalam mencakup lokasi dimana tempat susu dan produk-produk susu
dihasilkan, dibungkus, dan disimpan.
a. Lingkungan Luar:
Sekitar lokasi
produksi.
Perbaikan/pengaspalan
jalan, perbaikan drainase dan pemangkasan rumput disekitar lokasi produksi dan
kandang akan mengurangi pencemaran debu pada lokasi produksi. Air bersih harus tersedia
secukupnya untuk pencucian dan air minum
ternak.
Pembasmian
tikus dapat dilakukan dengan mengurangi makanan dan tempat tinggalnya, membuat
konstruksi bangunan agar mengurangi kemungkinan sarangnya, menyediakan
perangkap, dan menggunakan racun tikus dengan berhati-hati.
Lalat,
kecoak, dan serangga lainnya Serangga penyebar penyakit pest adalah pembawa
bakteri yang dapat ditularkan. Pengontrolan terhadap hewan tersebut adalah
dengan menghilangkan tempat-tempat berbiaknya dan tempat makanannya. Serangga
akan menghindari sinar, alat listrik dan pembasmi serangga. Keset kaki yang tebal
merupakan tempat insect. Pembasmian dengan hanya menggunakan insektisida (bahan
kimia) harus dicegah.
Burung
sebagai pembawa Salmonella, akan menularkan lewat bangunan dan supply air
dimana terdapat kotorannya. Burung tertarik pada lokasi sapi perah karena
adanya bahan pakan yang disediakan untuk ternak tersebut.
Hewan
dan bangunan kandang dapat menjadi sumber utama pencemaran apabila tidak
bersih. Penyisiran dan pengguntingan bulu hewan adalah penting untuk mengurangi
pencemaran oleh bulu, debu, d1l. Hal ini adalah sangat penting dalam melakukan
pemerahan dengan tangan. Hewan harus ditangani dengan tenang dan pelan untuk
mencegah kegugupan hewan. Hewan
yang gugup selalu mengakibatkan lebih banyak debu dan manure. Anak sapi, sapi
dara muda atau hewan lainnya (itik, ayam d1l) harus tidak dalam kandang yang
sama atau disediakan jalan untuk mencapai kandang sapi perah. Kebersihan
personil/petugas telah dijelaskan diatas. Pencemaran potensfil yang mungkin
dari petugas/pekeda peternakan adalah pada baJu, sepatu, dan pada orangnya.
b. Lingkungan dalam:
Fasilitas/peralatan
persusuan Perusahaan harus menyediakan bangunan untuk pemerahan. Pada bangunan
tersebut tidak boleh terdapat bahan pakan, bahan kimia atau obat yang disimpan,
kecuali bahan untuk pencuci dan sanitasi. Apabila disediakan pakan konsentrat
pada saat pemerahan maka pakan tersebut harus disimpan diluar bangunan
pemerahan dan dibawa kedalam bangunan tersebut sesuai kebutuhan. Tidak boleh
memberikan pakan hijauan pada saat pemerahan karena bisa menimbulkan debu.
Jatuhnya partikel pakan tersebut harus dikurangi. Perlu
adanya perhatian khusus terhadap pelaksanaan pemerahan dan lokasi penanganan
susu. Lantainya harus terbuat dari bahan tidak berpori (seperti semen) dan
terpelihara dengan baik. Lantai harus tetap bersih selama dan setelah
pemerahan.
Peralatan dan fasilitas
pemerahan seperti tempat pencucian dan rak tempat pengeringan harus dibuat dari
bahan tidak menyerap air, tidak berkarat contohnya stainless steel.
Cara Pemerahan dan Penanganan Susu.
Persiapan
a. Lokasi
pemerahan
Harus
dipastikan bahwa lokasi pemerahan bersih. Adalah penting membersihkan lokasi
pemerahan. Lantainya harus disapu dan/atau dicuci dengan air sehingga terlihat
bersih.
b. Peralatan
Kain
pembersih putting,ember, bangku perah, ember uquk sampah, gelas (strip cup),
tabung untuk merendam. putting (teat cup) dan kontainer penampung susu perlu
dibersihkan sebelum dipergunakan. Peralatan yang langsung berhubungan dengan
susu seperti ember, mesin pemerah dan tabung penyimpan harus disanitasi dan
dikeringkan sekurang kurangnya 15 menit sebelum dipergunakan.
c. Penanganan/persiapan sapi perah
Penanganan
dan persiapan yang baik harus dilakukan/dimulai sebelum sapi dibawa ke lokasi
pemerahan. Penanganan dengan hati hati pada setiap yang dilakukan adalah
penting dan mungkin diperlukan sedikit penyentuhan apabila akan melakukan
pemerahan dengan tangan. Pemukulan hewan dengan tangan atau alat seperti tongkat
atau ranting kayu harus sangat dikurangi. Perlakuan pemukulan yang terus
menerus walaupun tidak terlalu keras akan mengakibatkan hewan menjadi ketakutan
dan gugup. Hal
tersebut akan memberikan akibat negatif pada pemerahan yaitu pada reaksi
interval turun/mengalirnya susu.
Penyediaan
pakan konsentrat adalah cara yang sangat baik untuk membawa hewan ke lokasi
pemerahan, namun apabila hal tersebut ternyata sudah dilakukan, maka harus
dilakukan seterusnya pada setiap pemerahan. Pemberian konsentrat hanya pada
saat setiap pemerahan. Penyediaan dalam jumlah lebih banyak pada beberapa hari
dan kemungkinan dalam jumlah yang kurang pada waktu-waktu yang lain akan
berakibat hewan menjadi tidak tenang.
d. Pemerahan awal
Pemerahan
awal yang ditampung pada gelas khusus (strip cup) adalah untuk memeriksa apakah
terdapat mastitis atau kelainan lain pada susu. Hal ini harus dilakukan
sekurangnya satu bulan (lebih lama akan lebih baik) pada fase awal laktasi.
e. Persiapan puting
Kebersihan
puting adalah penting sebelum pemerahan. Apabila puting masih kotor maka harus
dibersihkan secukupnya. Puting yang kotor harus dicuci dengan air mengalir
dengan tekanan rendah dan kemudian dikeringkan dengan bersih menggunakan handuk
yang hanya untuk sapi tersebut (kertas atau kain).
Apabila
ambing dan puting terus menerus kotor pada awal setiap pemerahan maka
lingkungan hewan harus diperhatikan untuk mengatasinya.
Pemerahan
Sekurangnya diperlukan waktu 30
detik untuk membersihkan putting sebelum pemerahan dengan tangan dimulai. Hal
ini akan memberikan cukup waktu untuk timbuInya response turunnya susu.
Pemerahan akan selesai dalam 5 - 7 menit. Pemerahan dengan tangan harus cepat
dan lembut dalam pemencetan puting, dan tidak dengan keras/kasar dalam menarik
atau memencet puting. Jangan menggunakan pelumas atau lainnya ketika melakukan
pemerahan dengan tangan. Apabila
diperlukan pelumas maka krim dapat dipergunakan.
Pasca pemerahan
Penyaringan susu
Segera setelah
pemerahan dengan tangan selesai, susu harus disaring dan ditampung kedalam
kontainer yang bersih dan steril. Saringan kain yang dipergunakan harus bersih, sempuma,
dan dicuci dengan menggunakan deterjen dan bahan sanitasi kemudian dijemur di
matahari.
Penyimpanan/pendinginan susu
Adalah penting untuk mendinginkan
susu sampai dibawah 3 - 4 derajat Celcius sesegera mungkin setelah pemerahan.
Transportasi susu Pada peternak kecil yang tanpa peralatan pendingin, susu
perlu ditransportasikan dengan berhati-hati dan sesegera mungkin setelah
selesai pemerahan dan segera didinginkan di tempat pengumpulan susu (milk
collection center). Udara panas, sinar, goncangan berlebihan dan waktu yang
lama untuk mencapai alat pendingin, akan dapat merusak susu yang dalam keadaan
hangat.
Kontainer
transportasi harus bersih, tersanitasi, dan dapat disegel dengan pita perekat.
Kontainer harus terbuat dari bahan berkualitas baik dan dapat dicuci dan
disanitasi dengan sempuma.
Pencucian
dan sanitasi adalah dua peke~jaan yang terpisah dan berbeda. Kedua pekerjaan
ini (mencuci dan sanitasi) harus dilakukan bersama sama. Apabila hanya
dilakukan pencucian tanpa sanitasi, sejumlah besar bakteri akan tetap tinggal
pada permukaan kontainer.
a. Pencucian
Proses ini adalah untuk membuang sisa
susu dari permukaan/ dinding kontainer.
b. Sanitasi
Yaitu dengan penggunaan bahan kimia
atau pemanasan untuk secara sempuma membuang bakteri dari permukaan kontainer.
ALAT
PEMERAHAN (MESIN PERAH)
Komponen
Mesin Perah
Pompa
Vacuum
Pompa vacuum sebenarnya adalah suatu pompa udara atau
kompresor udara. Fungsinya adalah mengalirkan udara keluar dari mesin perah
melalui berbagai komponen seperti cangkir putting (teat cup) dan pulsator (alat
getar). Pompa tersebut harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk memindahkan
semua udara ini dan mempunyai kapasitas yang cukup atau tersedia efektif untuk
mempertahankan kondisi vacuum pada tingkat yang dikehendaki. Hal ini juga akan
mampu mengembalikan tingkat vacuum secepatnya kepada tingkat tertentu setelah
masuknya udara, yaitu pada saat cangkir diambil atau produksi susu berkurang.
Regulator
(alat pengatur)
Secara sederhana regulator mengatur tingkat kevacuuman
didalam mesin perah. Fungsi yang diharapkan dari regulator adalah kemampuannya
secara cepat mengatur perubahan tingkat kevacuuman didalam mesin perah selama
beroperasi. Tingkat kevacuuman didalam mesin perah pada umumnya
ditentukan antara 40 - 50 kPa, tergantung dari jenis mesin dan peralatannya.
Suatu pengaturan yang baik adalah pengaturan kevacuuman pada tingkat yang
serendah mungkin. (bergesernya cangkir menandakan bahwa tingkat kevacuuman
tersebut terlalu rendah).
Pulsator
Pulsator adalah suatu mekanisme katup yang mengubah tingkat
vacuum dan tekanan udara didalam ruang antara garis cangkir putting (teat cup
liner) dan dinding luar cangkir putting (shell of teat cup). Siklus perubahan tekanan
mengakibatkan liner bergerak didalam teat cup (cangkir putting). Tingkat
pulsasi adalah suatu jumlah waktu dari garis cangkir putting melengkapi suatu
siklus pulsasi dalam satu menit. Suatu siklus pulsasi yang ideal adalah lebih
kurang 60 siklus per menit +/- 2 siklus. Jumlah siklus tersebut dapat menjadi
50 siklus per menit, tetapi harus tidak melebihi 62 siklus. Rasio pulsasi
menunjukkan porsi waktu dari fase fase vacuum yang timbul selama setiap siklus
pulsasi.
Silkus
pulsasi terbagi menjadi empat fase utama
-
Fase peningkatan vacuum (fase a) -
adalah tingkat vacuum didalam ruang antara garis (liner) dan dinding cangkir
meningkat, yaitu dari tingkat tekanan udara atmosfer ketingkat vacuum mesin. Dalam hal
ini, dalam fase ini, susu mulai mengalir dari bagian ujung putting.
-
Fase vacuum
maksimum (fase b) - yaitu bilamana tingkat vacuum sepenuhnya tercapai didalam
ruangan. Pada fase ini, garis(liner) sepenuhnya terbuka dan susu akan mengalir
dari ujung putting.
-
Fase penurunan
vacuum (fase c) - terjadi bilamana mesin katup pulsator membuka ruangan ketekanan
atmosfir yang mengakibatkan melemahnya kevacuuman didalam liner cangkir
putting. Dalam fase ini susu akan berhenti mengalir.
-
Fase vacuum
minimum (fase d) - adalah apabila ruang pada tingkat tekanan atmosfir. Garis(liner) sepenuhnya
tidak vacuum dan putting mempunyai tekanan maksimum.
VI
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN HASIL
Teknologi Pengolahan Air Susu
Pengolahan air susu dilakukan dengan
tujuan agar susu menjadi bahan makanan yang enak dan mempunyai aroma lebih baik
serta daya simpan lebih lama. Berbagai macam cara pengolahan susu secara
tradisionil di daerah-daerah sudah dilakukan sejak lama, misalnya dangke
semacam keju yang dibuat dari susu kerbau di Tana Toraja, Sulawesi Selatan,
dadih semacam yoghurt yang dibuat dari susu kerbau/sapi di Nanggroe Aceh
Darussalam dan Sumatera Barat.
Seringkali
dalam proses pengolahan susu diperlukan bantuan kerja bakteri tertentu.
Misalnya dalam pembuatan yoghurt, diperlukan bakteri sebagai starter atau biang
bakteri (yaitu Streptococcus thermophilis dan Lactobacillus bulgaris dengan
perbandingan 3: 1) yang dipupuk dalam air susu yang kental dan steril.
Beberapa
cara pengolahan susu sederhana yaitu:
1.
Susu Pasteurisasi
2.
Yoghurt
3.
Permen Karamel
4.
Es Puter Susu
5.
Tahu Susu
Pengawetan hasil ternak (daging)
Dendeng
Pengawetan
mempunyai tujuan untuk menjaga makanan terhadap pengaruh fisis, kimiawi
demikrobiologis yang tidak dikehendaki. Salah satu cara untuk mengawetkan
daging adalah dengan jalan dibuat dendeng, yaitu suatu hasil olahan daging
secara tradisional dengan cara menambahkan bumbu dendeng pada daging tersebut
sebelum dilakukan pengeringan, baik dengan penjemuran di bawah sinar matahari
atau dengan menggunakan alat pengering buatan. Pengeringan mempunyai tujuan
untuk mengawetkan daging sehingga dapat memperpanjang masa simpan, juga
memperkecil biaya pengangkutan dan pengepakan karena bahan menjadi lebih ringan
dan ringkas.
Daging Corned
Cara pengolahan daging yang lain yaitu pengolahan daging
adalah dengan jalan dibuat corned beef, yaitu dengan menambahkan bumbu corned
pada daging tersebut sebelum dimasukkan dalam pengalengan dan sterilisasi. Di
Luar Negri daging yang digunakan untuk membuat corned adalah daging dengan
kualitas rendah, dengan demikian pembuatan corned beef yaitu untuk memanfaatkan
daging yang tidak dapat dikonsumsi saat itu.
Abon Sapi
Abon adalah hasil olahan daging yang dibuat dengan cara
pengeringan, yaitu suatu metoda untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
air dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Kandungan
air tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak daspat tumbuh lagi
didalamnya, sehingga daya awet daging dapat diperpanjang.
V
ALAT
DAN MESIN PETERNAKAN
Dibawah ini terdapat beberapa contoh alat dan mesin peternakan:
1. Alsin Pra Produksi:
Jenis
Alsin
|
Kapasitas
|
Manfaat
|
AV
Kambing Domba (Peralatan IB Domba/Kambing)
|
casing
dan valve, inner liner, rubber band, funnel, collection vial, warming bag
|
Untuk
menampung semen domba/kambing
|
Greasing
Stick (Peralatan IB Domba/Kambing)
|
bahan kaca dengan panjang 25 cm
|
Alat
Pengaduk atau untuk menghomogenisasi
|
Haemocytometer
(Peralatan IB Domba/Kambing)
|
2 buah pipet dengan 1 buah kamar hitung Neubeuer
|
Alat
untuk menghitung media
|
KY
Jelly/Jelly Steril (Peralatan IB Domba/Kambing)
|
Volume
82-250 gram
|
Bahan
untuk melicinkan/mensterilkan vagina speculum
|
Pipette
glass
|
bahan galss, karet dengan penutup karet ukuran kap 10cc
|
Alat
untuk mengambil/memindahkan bahan-bahan yang bersifat cair
|
Thermometer
(AV) (Peralatan IB Domba/Kambing)
|
glass
skala 0oC s/d 100 oC
|
Untuk
mengukur suhu vagina buatan
|
2.
Alsin Budidaya
Jenis
Alsin
|
Kapasitas
|
Manfaat
|
Alat
Kastrasi/Kebiri
|
Alat berupa tang yang biasanya digunakan untuk
mengebiri ternak dengan menjepit bagian tertentu dari alat kelamin sehingga
mandul.
|
|
Alat
Pemanas induk buatan (Brooder)
|
Alat
yang digunakan untuk memanaskan anak ayam umur sehari (DOC) sebagai pengganti
induk ayam sampai beberapa minggu sehingga bisa tahan terhadap perubahan
temperatur rendah.
|
|
Alat
Pemisah Limbah/Kotoran Hewan
|
-
|
Memisahkan
Limbah/Kotoran Hewan agar tampak kering dan memudahkan proses pembuatan
kompos
|
Alat
Pemotong Paruh
|
Alat
untuk memotong paruh anak ayam (DOC) supaya nanti kalau sudah besar tidak
mematuk serta melukai ayam lainnya.
|
|
Alat
Penandaan Ternak/hewan (Marking)
|
Alat
yang digunakan untuk menandai ternak/hewan, biasanya dengan gunting bernomor
pada telinga atau pada leher, atau memakai cap bakar pada kulit bagian
panggul.
|
|
Canting
Jerami (Kanister)
|
-
|
Silinder logam dengan als tertutup atau berlobang untuk
menempatkan semen beku dalam kontainer.
|
Dehorner
|
-
|
Menghentikan
pertumbuhan tanduk pada pedet
|
Hatcher
|
Alat yang berfungsi sebagai tempat penetasan telur pada
hari ke 18-22 di mesin tetas.
|
|
Heat
Detector
|
-
|
Alat untuk mendeteksi berahi pada ternak
|
Inseminasi
Gun
|
Variatif
(ruminansia kecil dan ruminansia besar)
|
Alat
yang digunakan untuk memasukkan mani/semen (spermatozoa) ke dalam saluran
alat kelamin ternak betina berbentuk seperti alat suntik.
|
Jerami
Plastik (Straw)
|
-
|
Wadah semen beku berbentuk pipa plastik kecil (diameter
0,25mm dan 0,5mm) yang beruas-ruas seperti jerami.
|
Kontainer
Semen Beku
|
Variatif
|
Bejana
Vakum terbuat dari bahan baja atau aluminium yang berisi Nitrogen cair
digunakan untuk menyimpan sperma beku dalam jangka waktu yang relatif lama
|
Mesin
Tetas
|
Bervariasi
|
Alat
berbentuk kotak (box) di mana bermacam-macam telur unggas (ayam, itik, dan
puyuh) dapat ditetaskan menjadi anak selama waktu tertentu dengan pengaturan
temperatur serta kelembaban di dalam kotak tersebut. Panas bisa berasal dari
bola listrik pijar, lampu minyak tanah/gas, dan lain-lain.
|
Mesin
Tetas Tradisional
|
50
- 100 telur
|
Alat
Penetas Telur yang umumnya dipakai oleh petani-petani tradisional dengan
menggunakan lampu minyak sebagai pemanasnya
|
Pemotong
Tanduk
|
-
|
Memotong
tanduk pada ternak
|
Pita
Ukur
|
Alat berbentuk pita dengan ukuran tertentu yang
digunakan untuk memperkirakan berat badan dengan mengukur lingkar dada,
panjang badan serta tinggi ternak.
|
|
Pregnancy
Detector
|
Alat untuk mendeteksi kebuntingan pada ternak
|
|
Sarung
Plastik Gun (plastic sheath)
|
-
|
Sarung dari alat inseminasi gun yang terbuat dari
plastik khusus yang digunakan saat pelaksanaan inseminasi buatan.
|
Sarung
Tangan Plastik (Plastic Gloves) 5 jari
|
-
|
Sarung tangan terbuat dari plastik yang digunakan dalam
pelaksanaan inseminasi buatan.
|
Setter
|
Alat yang berfungsi sebagai tempat untuk pengeraman
telur samapai hari ke 18 pada mesin tetas.
|
|
Timbangan
Mekanik
|
500
- 1000 kg
|
Menimbang
bobot hidup hewan ternak
|
Tongkat
Ukur
|
Alat berupa tongkat dengan ukuran tertentu untuk mengukur
tinggi badan hewan ternak.
|
3.
Alsin Pasca Produksi
Jenis
Alsin
|
Kapasitas
|
Manfaat
|
Egg
Tray
|
Alat yang berfungsi sebagai tempat menyimpan telur
konsumsi/bibit atau untuk transportasi
|
|
Gergaji
KArkas (Carcass saw)
|
Alat
untuk membelah bagian-bagian karkas
|
|
Katrol
Listrik (electric hoist)
|
Alat pengangkat karkas di RPH
|
|
Kemasan
Kuri
|
Alat
untuk membawa DOC untuk didistribusikan, biasanya digunakan kertas karton.
|
|
Mesin
Pasteurisasi
|
Mesin
yang digunakan untuk pasteurisasi atau proses pemanasan pada suhu di bawah
titik didih air ( kira-kira 80 derajat Celcius) sehingga mematikan
kuman-kuman penyakit tertentu.
|
|
Proses
Pengolahan Susu (Mesin Pendingin susu sederhana)
|
variatif
|
Proses
pendinginan
|
Proses
Pengolahan Susu (Homogenizer)
|
Variatif
|
Bagian
dari system pengolahan susu dimana stelah melewati bagian ini
partikel-partikel susu berada dalam ukuran dan bentuk yang sama besar, agar
proses pencampuran dengan partikel lain (misal coklat, pemanis) dapat merata.
|
Proses
Pengolahan Susu (Tanki Pencampur)
|
Bervariasi
|
Proses
pencampuran susu dengan bahan tambahan lain (misal, pemanis, aroma, dll)
|
Rel
(Rail)
|
Alat
berbentuk rel gantung pada bagian atas RPH yang digunakan untuk menggantung
sapi yang sudah disembelih atau karkas sehingga mudah dipindahkan.
|
|
Sexing
|
Alat yang digunakan untuk menentukan jenis kelamin pada
anak ayam umur sehari.
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
Rearing Dairy and Beef Cattle Present
Situation of Forage Production
(Technical Guide of Forage Production
and Utilization). Japan Livestock Technology
Association. 1999. 169 hal.
Anonimous.
Pengawetan Hijauan Untuk Pakan Ternak (Silase). Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas
Peternakan Propinsi Jawa Barat.
JICA Japan. Jawa Barat. 2001.
Anonimous. Teknologi
Pengawetan Jerami Sebagai Pakan Ruminansia.
Proyek Peningkatan Produksi Ternak Sapi Potong Tersebar di 15 Kabupaten. PemerintahPropinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan. 2000.
Anonimous. Anjuran
Paket Teknologi Peternakan. Direktorat Jenderal
Peternakan. Direktorat Bina Produksi Peternakan.
1992.
43 hal.
Anonimous.
Buku Petunjuk Teknologi Sapi Perah di
Indonesia. Proyek Peningkatan
Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. JICA Japan. Jawa Barat. 2002.
Ir. Rukmantoro Salim, Amirudin S pt , Ir. Budi Irawan Ir. Hera Hendrawan, Ir. Masayoshi
NAKATANI. Petunjuk Praktis Melakukan Pengolahan Jerami Padi. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. JICA Japan. Jawa
Barat. 2001.
James
Blakely. David H. Bade. Ilmu Peternakan.
Indonesian Edition. Gadjah Mada
University Press.1991. 789 hal.
Soedomo
Reksohadiprodjo. Pengantar Ilmu
Peternakan Tropik. BPFE-Yogyakarta. 1995. 394 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar