-->
Alat-Alat Kedokteran Andalusia
Lukisan dari peralatan kedokteran pada masa
Al-Andalus.
MATERI SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM
ISLAM DIANDALUSIA/SPANYOL
HANYA TINGAL KENANGAN MASA LALU
Oleh Syahri. alwadanji
PETA KONSEP
1.
Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia
2.
Faktor Pendorong Kehancuran Islam di Andalusia
3.
Ibrah Kehancuran Islam di Andalusia
|
1.
Proses Masuknya Islam ke Andalusia
2.
Perkembangan
Islam di Andalusia
3.
Tokoh-tokoh
Pembawa Islam ke Andalusia
4.
Proses
Akulturasi dan Asimilasi Islam dengan Peradaban Andalusia
|
1.
Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia
2.
Faktor Pendorong
Kemajuan Islam di Andalusia
3.
Ibrah Kemajuan Islam di Andalusia
|
SEJARAH KATA ANDALUSIA
Andalusia (bahasa Spanyol: Andalucía)
adalah sebuah komunitas otonomi Spanyol. Andalusia adalah wilayah otonomi yang paling padat
penduduknya dan yang kedua terbesar dari 17 wilayah yang membentuk Spanyol. Ibu
kotanya adalah Sevilla.
Andalucia dibatasi di utara oleh Extremadura dan Castilla-La Mancha; di sebelah timur oleh Murcia dan Laut Mediterania; di sebelah barat oleh Portugal dan Samudra Atlantik (barat daya); di selatan oleh Laut Mediterania (tenggara) dan Samudra Atlantik (barat daya) terhubungkan oleh Selat Gibraltar di ujung selatan yang memisahkan Spanyol dari Maroko. Juga di
selatan ia berbatasan dengan Gibraltar, koloni Britania Raya.
Nama Andalusia berasal dari nama bahasa Arab "Al Andalus", yang merujuk kepada bagian
dari jazirah Iberia yang dahulu
berada di bawah pemerintahan Muslim. Sejarah Islam Spanyol dapat ditemukan di pintu
masuk al-Andalus. Tartessos, ibu kota dari Peradaban Tartessos
yang dahulu besar dan berkuasa, terletak di Andalusia, dan dikenal di dalam
Alkitab dengan nama Tarsus. Lebih banyak informasi tentang wilayah ini dapat
ditemukan dalam entri Hispania Baetica, nama provinsi Romawi yang dahulu terletak di wilayah
ini.
Budaya Andalusia sangat dipengaruhi oleh
pemerintahan Muslim di wilayah itu selama delapan abad, yang berakhir pada 1492
dengan penaklukan kembali atas Granada oleh raja dan ratu Katolik.
Bahasa Spanyol yang digunakan di benua Amerika pada umumnya merupakan turunan dari
dialek
Andalusia dari Spanyol Castilian karena peranan yang dimainkan oleh
Sevilla sebagai pintu gerbang ke wilayah-wilayah Spanyol di Amerika pada abad
ke- 16 dan 17.
Andalusia terkenal karena arsitektur
Moor-nya. Monumen-monumen terkenal di Andalusia antara lain adalah Alhambra di Granada, Mezquita di Córdoba dan menara Torre del Oro dan Giralda di Sevilla dan Reales
Alcázares di Sevilla.
Sisa-sisa penggalian arkeologis termasuk Medina Azahara, dekat Córdoba dan Itálica, dekat Sevilla.
BAB I
PROSES MASUKNYA ISLAM
KEADALUSIA
A.
Proses
Masuknya Islam ke Andalusia
Sebelum kedatangan umat
Islam, daerah Iiberia merupakan kerajaan Hispania yang dikuasai oleh
orang Kristen Visigoth. Pada tahun 711 M,
pasukan Umayyah yang sebagian besar merupakan bangsa Moor dari Afrika Barat Laut,
menyerbu Hispania dipimpin jenderal Tariq
bin Ziyad, dan dibawah perintah dari Kekhalifahan Umayyah di Damaskus.
Pasukan ini mendarat di Gibraltar pada 30
April, dan terus menuju utara. Setelah mengalahkan Raja Roderic dari Visigoth dalam Pertempuran Guadalete (711 M), kekuasaan
Islam terus berkembang hingga pada tahun 719 M. Hanya daerah Galicia, Basque dan Asturias yang tidak tunduk
kepada kekuasaan Islam. Setelah itu, pasukan Islam menyeberangi Pirenia untuk menaklukkan Perancis, namun berhasil
dihentikan oleh kaum Frank dalam pertempuran Tours (732 M). Daerah yang
dikuasai Muslim Umayyah ini disebut provinsi Al-Andalus, terdiri dari Spanyol, Portugal dan Perancis bagian selatan yang
disebut sekarang.
Benua Afrika, terutama
Afrika utara merupakan daerah yang penting dalam kaitannya
dengan Andalusia dan juga penyebaran Islam di Eropa. Ia merupakan pintu
gerbang utama masuknya Islam ke wilayah yang selama berabad-abad lamanya
di bawah kekuasaan Kristian dan menjadi benteng pertahanan Islam untuk ke
wilayah Eropa.
Para sejawaran sepakat
menyatakan bahawa kedatangan Islam ke Andalusia adalah di bawah pimpinan Tariq ibn Ziyad yang telah memimpin
pasukan tentera menyeberangi lautan Gibralta menuju ke semenanjung Iiberia
itu. Pasukan Islam yang hanya berjumlah 7000 orang itu perlu berdepan
dengan tentera Visigoth yang berkekuatan 100,000 tentera lengkap bersenjata.
Lalu bagi meningkatkan semangat dikalangan pasukan Islam, dikatakan bahawa
Tariq ibn Ziyad mengarahkan agar
kapal mereka dibakar, dan beliau berpidato:
“Wahai saudara-saudaraku,
lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan
kalian, ke
manakah kalian akan lari? Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah
kejujuran
dan kesabaran. Ketahuilah bahawa di pulau ini kalian lebih terlantar
dari pada
anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian
telah
menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat
besar,
sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa
kekuatan
selain dari barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh
kalian.
Seandainya pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini,
tanpa
adanya perubahan yang berkesan, nescaya nama baik kalian akan hilang,
rasa gentar
yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada
kalian.
Oleh kerana itu, pertahankanlah jiwa kalian.”4
Kalimat terkenal ini
dikobarkan oleh Tariq bagi menaikkan semangat pasukan tentara Islam
dan akhirnya tercatat dalam sejarah penyebaran Islam ke Andalusia setelah
tentara Visigoth tidak mampu melawan semangat jihad tentara Islam.
Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol
berada di bawah imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh
bangsa Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri asal mereka, suatu
daerah yang terletak diantara sungai Oder dan Vistuala. Penguasa daerah ini
mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasaan Vandal ini kemudian
diambil alih oleh orang-orang Gothic. Tak lama kemudian, dinasti merovingian
dari kerajaan Frank merebutnya dari orang-orang Gothic, maka didirikanlah
kerajaan Visigoth, yang wilayah itu dikenal dengan Vandalusia. Dan setelah
kedatangan orang-orang Islam pada tahun 92H/711 m, sebutan Vandalusia diubah
menjadi Andalusia atau al-Andalus.(Hitti, 1970:498)
"Spain was now adat
province of the caliphate. The Arabic name it assumed was al-Andalus".
Kehadiran orang-orang
Islam di Spanyol merupakan awal munculnya Islam di benua Eropa karena Spanyol
merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana diinformasikan dalam
buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat (dalam hal ini benua Eropa
bagian Barat) terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah
(pemimpin) AI-Walidbin Abdul Malik.
Pada saat itu Musa bin Nusair sebagai panglima perang khalifah dan
Tariq bin Ziyad sebagai komandan lapangan, dimana keduanya dianggap sebagai
tokoh pelaku utama atas masuknya Islam di Spanyol. Mereka berhasil mnguasai
wilayah Afrika Utara dan kemudian menyebrang ke benua Eropa. (Nielsen, 1992:
1). Setelah masuknya Islam di Spanyol maka banyaklah kemajuan-kemajuan yang
diperoleh dan hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tokoh-tokoh dan para
ilmuwan yang muncul dari sana. Namun setelah berabad-abad lamanya Islam
menguasai Spanyol, mulai mengalami kemunduran dan kehancuran bahkan kemudian
Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini disebabkan berbagai faktor.
Di zaman Bani
Umayyah, masa pemerintahan al-Walid Ibnu Abd al-Malik, Musa Ibnu Nushair
diangkat sebagai amir untuk wilayah Afrika Utara dan Barat yang berkedudukan di Qairawan. Pada saat itu, Musa
Ibnu Nushair menerima delegasi yang datang dari kota Ceuta yang terdiri
dari Pangeran Yulian dan keluarga raja Witiza yang memerintah Spanyol. Maksud
kedatangan mereka ke Qairawan adalah untuk meminta bantuan Amir Musa Ibnu
Nushair guna menyerang dan menjatuhkan raja Visigoth di Spanyol bernama Roderck
yang berkedudukan di Toledo.
Setelah
memperoleh persetujuan khalifah al-Walid di Damaskus, Musa berangkat bersama
pasukannya menyelusuri pesisir Afrika bagian Utara hingga bagian barat untuk menyeberang ke daratan Eropa.
Untuk memasuki daratan Eropa itu, panglima Thariq Ibnu ziyad ditunjuk
sebagi pemimpin pasukan dengan membawa 12.000 personil, dan bertindak sebagai
petunjuk jalan adalah pangeran Yulian dan keluarga raja Witiza. Thariq bersama
pasukannya menyeberang selat yang terletak antara
Maroko dan benua Eropa, dan mendarat disuatu tempat yang kemudian dikenal dengan
nama Gibraltar (Jabal Tariq).
Kedatangan
pasukan Islam itu terdengar oleh raja Roderick melalui para saudagar yang
menyaksikannya. Maka raja itupun mempersiapkan bala tentaranya untuk menghadapi pasukan Thariq. Pada tanggal 19
Juli 711, kedua pasukan bertemu ditepi sungai Rio Barbate, sehingga
terjadilah pertempuran yang sengit. Pasukan Roderick terdesak dan dapat
dikalahkan, bahkan roderick sendiri tewas tenggelam di Rio Babate ketika hendak
melarikan diri.(Hitti, 1970 :493-494)
Kesuksesan di Rio Barbate mendorong semangat pasukan muslim untuk terus
bergerak
memasuki wilayah-wilayah kekuasaan Visigoth lainnya. Mula-mula bergerak ke
Toledo dengan melewati dan menguasainya terlebih dahulu kota-kota Malaga,
Elvira, Murcia dan Cordova. Kemudian Thariq terus bergerak hingga kebagian
barat semenanjung Iiberia. Tariq mendapat dukungan penduduk taklukannya untuk
menaklukkan wilayah-wilayah lainnya. (Chejne,1974:8)
Mendengar kesuksesan yang dicapai oleh Thariq Ibnu ziyad, maka Amir
Musa Ibnu Nushair pada tahun 712 berangkat menuju Spanyol. la bersama
pasukannya sebanyak 18.000 personil yang kebenyakan dari suku-suku
Arab dengan menempuh jalur yang tidak dilewati oleh pasukan Thariq, la mampu
menaklukkan Sidonia, Carmona, dan berhasil memasuki Sevilla, Huelva dan ahirnya
mengikuti arah sungai, sampailah ia bersama pasukannya kekota Merido dan
kota-kota kecil lainnya. Kemudian ia dapat bertemu dan bergabung dengan pasukan
Thariq di Toledo pada bulan Juli 713.(Watt ,1992:15).
Kemenangan
yang telah dicapai di Spanyol mengukir sejarah baru Islam di Eropa, Karena Spanyol merupakan pintu gerbang
masuk ke Eropa. Untuk selanjutnya dapat menyampaikan dakwah Islamiyah
keseluruh benua Eropa dengan mudah. Penaklukan yang dilakukan oleh Thariq Ibnu
ziyad inilah merupakan asal-usul Islam di Spanyol.
B.
Perkembangan Islam di Andalusia
Perkembangan Peradaban Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak
prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia
kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual. Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan
Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak
prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian
membawa dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
|
Ketika Andalusia di bawah
pemerintahan Romawi, mereka telah membawa masuk orang-orang Yahudi
yang mengakibatkan berlaku ketegangan antara orang Yahudi dan Kristian dan
mereka sering berebut menduduki tahta pemerintahan, Ini telah melemahkan
kerajaan Andalusia sehingga memberi peluang untuk Islam menaklukannya.
Kemenangan tentera
pimpinan Tariq bin Ziyad telah membuka ruang untuk pasukan Islam terus
menguasai Andalusia sehingga Tariq dapat meneruskan penguasaan ke Cordova
dan Toledo. Sejak dari itu, Islam mula tersebar luas ke seluruh Andalusia dan bermulalah
penguasaan Bani Umaiyyah di Andalus.
Khalifah Bani Umaiyyah
yang berpusat di Damsyik telah mewakilkan Gabernur untuk mentadbir
Andalus. Seramai 20 orang Gabernur telah mentadbir Andalus dari tahun
718 –756M. Gabernur yang pertama ialah Abdul Aziz ibn Musa ibn Nusayr
dan yang terakhir ialah Yusuf ibn Abdul Rahman al Fihri. Sejak
dari itu, kemenangan demi kemenangan dapat dicapai oleh tentera Islam dalam
usaha melebarkan kerajaan Islam dibumi Eropa termasuk Bandar Zaragoza,
Leon dan beberapa buah bandar lain.
Apa yang menarik untuk
diperhatikan sejarah pemerintahan Andalusia ini ialah
pemerintahannya kekal di bawah penguasaan kerajaan Bani Umayyah, walaupun
kerajaan Bani Abbasiyyah telah mula bertapak dan berpusat di kota Baghdad
bermula pada tahun132H / 750M. Ini bermaksud, walaupun kerajaan Islam yang
memimpin majoriti umat Islam sudah beralih kepada Bani Abbasiyyah, namun
Andalusia terus diungguli oleh para pemerintah dari kelompok Umayyah.
1. Pembangunan
Dalam Bidang Militer dan Pemerintahan
Sebagai suatu
wilayah negara, Spanyol Islam diperlengkapi dengan personil-personil militer
lebih banyak dari jumlah ketika mereka datang. Dan untuk keamanan serta
pertahanan kedaulatannya, Amir membangun kekuatan militer di Spanyol. la
mendatangkan lebih dari 40.000 personil dari Afrika untuk dilatih dengan
mendapat gaji baik, agar mereka benar-benar setia menghormati dan mau ikut
menjaga kekuasaan Amir.(Hitti, 1970 508).
Pasukan
militer dibedakan menjadi empat kelompok. Yaitu:
a. Tentara tetap (Profesional) yang berpangkalan di Cordova.
b. Tentara Reguler (Jund) yang dipimpin oleh penguasa wilayah
militer.
c. Tentara Irreguler (Belladi), yaitu orang-orang Arab yang datang
bersama Musa Ibnu Nushair.
d. Tentara luar biasa atau sukarelawan (Hasyid), yaitu orang-orang
yang tidak diminta dan dengan sukarela bergabung bersama kekuatan militer
(lmamuddin, 1981: 63).
Disamping
pasukan darat, dibentuk pula kekuatan laut setelah adanya serangan mendadak
Normandia di pantai barat Spanyol pada tahun 844-845 M. Kemudian dibangun
menara-menara pengintai musuh yang melakukan kegiatan di samudra Atlantik di
sepanjang pantai.
Setelah
Abdurrahman al-Dkhil (Abdurrahman I) meninggal, maka pemerintahan dipegang oleh anaknya Hisyam I (789-796), Dia seorang yang
memiliki pengetahuan yang luas tentang Al-Qur'an dan sunnah, dan banyak
dipengaruhi oleh ulama fikih. la meneruskan pembangunan masjid Cordova dan juga
membangun terusan Cordova. Hisyam adalah seorang penguasa yang taqwa, adil dan
lemah lembut serta darmawan. Dia menduduki tahta selama 8 tahun, tetapi banyak
kemajuan-kemajuan yang dicapai.
Setelah Hisyam
wafat, ia diganti oleh ananya hakam I (796-822 M). Hakam adalah orang yang suku
akan kemegahan dan pertunjukan-pertunjaukn serta sangat kecanduan dengan minuman anggur. Pada masa kekuasaannya terjadi
pemberontakan yang dipelopori oleh Sulaiman dan Abdullah pamannya
sendiri, yang akhirnya pemberontakan itu dapat dipadamkan. Sulaiman meninggal
dan Abdullah diampuni setelah ia menyerah.
Sesudah Hakam
meninggal; pemerintahan di pegang oleh putranya Abdurrahman II (822-852 M).
Dengan pengalaman militernya yang tinggal dan kecakapannya dalam memimpin
pemerintahan, Abdurahman II telah berhasil membawa
Spanyol kembali kepada kedamaian dan kemakmuran. Di masanya Mesjid Cordova
diperluas, dan banyak mesjid baru dibangun di kota-kota Jaen, Seville,dan di ibu
kola Cordova sendiri. Barang-barang di impor dari Timur. Bendungan dan irigasi
dibangun, ibu kota diperindah dengan taman-taman yang luas lagi indah yang
dilalui oleh terusan-terusan yang mengalirkan air dari gunung-gunung.
Jembatan-jembatan dibangun dan istana Cordova telah dapat menandingi istana di
Bagdad. (Dozy, 1972:260). Setelah menjalankan pemerintahannya selama 30 tahun
yang membawa kepada kemakmuran, Abdurahman II meninggal dunia pada tahun 852 M
Pemerintahan
berikutnya setelah Abdurahman II wafat, Dipegang oleh anaknya Muhammad
1(852-886 M). Masa kekuasaanya banyak terjadi kerusuhan dalam negeri, antara
lain: Pemberontakan rakyat Toledo, Pemberontakan orang-orang Kristen yang
fanatik di Cordova yang telah ditumpas oleh Abdurahman II, namun mereka tetap
berhubungan dengan raja Perancis, Charles Le Beld dengan tujuan mengajaknya untuk menyerang Spanyol. Akhirnya
pemberontakan-pemberontakan itu dapat dipadamkan, bahkan pemberontakan
itu di Tabanos yang merupakan sarang fanatisme
dihancurkan. Para pemimpin mereka digantung. Muhammad I adalah orang yang
bijak, adil, dan berani. Dia memperbaiki keadaan rakyat dengan kedermawanannya.
La seorang yang rajin dalam meneliti urusan administrasi sekecil apapun.(Mahmudunnasir,
1993: 297). la meninggal dalam usia 65 tahun setelah menjalankan
pemerintahannya selama 34 tahun.
Kemudian pemerintahan
diganti oleh anaknya Munzir (886-888 M). la cukup mampu menumpas pemberontakan
ketika ayahnya memerintah. Masa pemerintahannya yang begitu singkat diawarnai
dengan kektidak damaian dan kericuhan. Setelah Munzir wafat, ia digantikan oleh
saudaranya Abdullah (888-912). la memerintah cukup lama selama 25 tahun, tetapi
masa kekuasaanya selalu mendapat tantangan yang cukup banyak.
Selanjutnya
pemerintahan dipegang oleh Abd al-Rahman al-Nashir atau Abdurrahman III
(912-961 M). Ia naik tahta dalam usia 23 tahun, usia yang relatif muda. Usaha yang dilakukannya pertama kali
ditujukan kepada pengukuhan kesatuan dan stabilitas dalam negeri. Begitu
ia dilantik ia mengirm utusan kepada gubernur-gubernur yang ada disemenanjung
Iberia dan mengajak mereka untuk memberikan bai'at kepadanya. Sebagian diantara
mereka menyambut seruan itu dengan baik dan sebagian yang lain tidak
memperdulikannya. Dalam menghadapi penentanganya, Abdurahman III menumpasnya
dengan militer sehingga dalam jangka 10 tahun umat Islam Spanyol bersatu
kembali.(Benton, 1970: 1087).
Abdurahman III
membangun beberapa buah istana dan memajukan pertanian rakyat. Rakyat taat
kepadanya dan semua orang merasa hidup damai bersamanya. la mewajibkan
penguasa-penguasa Kristen membayar upeti ke Cordova. Pada tahun 929, ia memproklamirkan dirinya sebagai khalifah.
Pada masa kekuasaanya, Cordova merupakan pusat kebudayaan Islam yang
penting di Barat sebagai tandingan Bagdad di Timur. Kalau di Bagdad ada bait
al-Hikmah serta madrasah Nizamiah, dan Kairo ada al-Azhar serta Dar al-Hikmah,
maka di Cordova ada universitas Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Perpustakaanya mengandung ratusan ribu buku.(Nasution, 1985:62)
Cordova,
Constantinopel dan Bagdad adalah tiga kota yang merupakan pusat kebudayaan
dunia pada saat itu. Di Cordopa terdapat 113.000 rumah, 70 Perpustakaan,
sejumlah toko buku dan Mesjid, bermil-mil jalan aspal diterangi dengan
lampu-lampu dari rumah-rumah yang berhampiran. Semuanya membuat Cordova
memperoleh popularitas Internasional dan kekaguman para pengunjungnya. Banyak
perutusan diplomatik berkumpul di Cordova, baik dari dalam maupun dari luar
Spanyol. Delegasi berdatangan dari suku-suku Zanatah Afrika Utara yang kuat,
dari dinasti Idrisi, dari raja-raja Kristen Prancis, Jerman dan Konstantinopel.
In this period Umayad
Capital took its place as the most cultured city and Europe and, with
Constabtinople and Bagdad, as one of the three cultural centres of the world. With its one hundred and thirteen thousand homes,
twenty-one suburbs, seventy libraries and numerous book shops, mosques
and palaces, it acquired international fame and inspired awe and admiration in
the hearts of travellers. It enjoy miles of paved streets illuminated by lights
from the bordering houses whereas. (Hitti, 1970: 526).
Abdurrahman III di anggap sebagai sang penyelamat imperium muslim
Spanyol. Dengan berbagai kebijakan dan kemampuan intelektualnya, maka
stabilitas nasional terkendali serta dapat
menarik masyarakat Spanyol dengan tidak menimbulkan jurang pemisah
antara kelas dan golongan agama yang ada, sehingga benar-benar tercipta suatu
imperium Umayyah yang damai dan kuat di Spanyol. Setelah memegang kekuasaan
selama 49 tahun, ia meninggal dunia pada bulan oktober 961 M.
Pemerintahan
selanjutnya dipegang oleh anaknya Hakam II (961-976 M). la meneruskan politik
ayahnya dalam mempertahankan stabilitas pemerintahan dan kemakmuran negaranya.
Hakam memiliki sifat yang mirif dengan ayahnya. Ia tetap mempertahankan
menteri-menteri yang diangkat oleh ayahnya. Pada masa pemerintahannya la
memerangi pemberontakan Kristen yang ingin melepaskan diri dari Spanyol.
Sepeninggal Hakam II, Pemerintahan dipegang oleh Hisyam II (976-1009 M). Pada
masa pemerintahannya, kekuasaan khalifah mengalami kemunduran. Kekuasaan umat
Islam di Spanyol saat itu berada wazir dan wali Hisyam II yang bernama Ibnu Abi
Amir, yang kemudian bergelar al-Mansur.
2. Pembangunan di Bidang Administrasi Sipil
Ketika Spanyol
masih merupakan wilayah yang integral dengan Damaskus, Spanyol Islam adalah bagian dari propinsi magrib (wilayah Barat) yang
ibu kotanya di Qairawan (sekarang Tunisia), maka konstitusi yang berlaku sesuai
dengan yang ada di Damaskus. Sementara itu Spanyol terbagi menjadi tiga
wilayah, yaitu : Pusat, Timur dan Barat.
Wilayah pusat meliputi kota Cordova, Granada, Malaga, Almeria, Jaen dan Toledo.
Wilayah Timur meliputi Saragosa, Valencia, Murcia, Cartagena dan Albarraccin. Wilayah Barat meliputi . Sevilla,
Jerez, Gibraltar, Tarifa, Beja, Budajoz, Merida, Silves dan
lisbon.(Chejne, 1974: 138).
Untuk
melaksanakan pemerintahannya dibetuk lembaga-lembaga atau badan-badan yang
mempunyai tugas dan fungsi tertentu yang di tangani oleh orang-orang yang
sesuai dengan ke ahliannya. Beberapa badan dan jabatan yang ada pada saat itu
antara lain.
a.
Al-Hajib, yaitu pejabat
yang paling berpengaruh di lingkungan istana, Sebagai media antara penguasa
dengan pegawai-pegawai istana dan rakyat lainnya.
b. Al-wazir atau mentri, yaitu orang yang menangani masalah keuangan,
hubungan. Hubungan luar negeri dan
keadilan. Jabatan ini kemudian menyamai jabatan hajib yang biasanya
diduduki oleh para panglima militer.
c. Al-Katib atau Sekretaris Negara, meliputi pekerjaan korespondensi
dan pengiriman surat-surat serta dokument negara.
d. Khazin al-Mal (petugas pajak), Yaitu orang yang mengurusi
pajak-pajak dari seluruh propinsi.
e. Al-Qadli atau Hakim, yang dibagi 3 bagian, yaitu hakim militer,
hakim rakyat dan Hakim para hakim.
f. Shahib al-Mazhalim, yaitu badan pengendalian atau semacam hakim
yang bertugas mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan para pejabat. Biasanya jabatan ini ditangani
oleh penguasa atau delegasinya.
Lembaga-Iembaga lain
sebagai pembantu adalah lembaga kepolisian, inspektur pasar, dinas pekerjaan
umum, dan lembaga perwakafan. Disamping itu ada Juga majelis-majelis yang
diselenggarakan untuk membahas berbagai persoalan.
3. Pembangunan di
Bidang Perekonomian.
Masa
pemerintahan abdurrahman II merupakan zaman kegemilangan Islam, karena
pertumbuhan ekonomi yang baik terutama di bidang pertanian. Tanah-tanah gersang
diubah menjadi lahan yang produktif. Guna meningkatkan produktivitas pertanian,
Para ahli muslim melakukan study tentang tanah, menggunakan alat-alat baru
untuk meratakan gundukan-gundukan dan tanah berpasir. Juga menggunakan pupuk
untuk mempersubur tanah serta meningkatkan sistem irigasi.
Perkembangan
kemajuan di bidang perdagangan sangat memberikan keuntungan, termasuk bea dan cukai, ekspor-impor yang dapat menempatkan
kerajaan
Islam Spanyol pada tingkat tertinggi penghasilannya.
Perkembangan di bidang ekonomi ini ditopang
juga oleh perencanaan pembelanjaan kerajaan yang terorganisir dengan
baik sesuai rencana. (Sou'yb, 1981 :221).
4. Pembangunan Di Bidang IImu Pengetahuan
Banyak Amir
yang menaruh perhatian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, diantaranya
seperti apa yang dilakukan oleh Hisyam. Dia mendorong para Teolog untuk pergi
ke Medinah guna mempelajari ajaran-ajaran Maliki. Dia mendirikan
sekolah-sekolah untuk pengajaran bahasa Arab. Kota Cordova memiliki
Perpustakaan yang besar yang memuat 600.000 jilid buku. Amir selalu mengupayakan penambahan dan penyempurnaan
perpustakaan berikut buku-bukunya, baik dari dalam maupun luar negeri.
(al-Hayyat,t.t.:34).
Amir sering menulis surat kepada setiap penulis kenamaan guna
memeperoleh naskah karya ilmiah dan membayarnya sangat mahal. Pujangga arab,
Abu Farj al-Aashfihani yang yang tinggal di Bagdad pernah didatangi utusan Amir
Andalusia guna memperoleh naskah karangan
lagu dan himpunan sajak al-Aghani dan diberinya hadiah 1000 dirham.
(Brackelman, 1970:223).
Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri
yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada
gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri dari :
a. Komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan)
b. Al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam)
c. Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika
Utara)
d. Al-Shaqalibah (tentara bayaran yang dijual Jerman
kepada penguasa Islam)
e. Yahudi
f. Kristen Muzareb yang berbudaya Arab
g. Kristen yang masih menentang kehadiran Islam
Semua komunitas itu,
kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya
lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan
pembangunan fisik di Andalusia - Spanyol.
Banyak suku, agama, dan
ras hidup bersama-sama di Al-Andalus, dan masing-masing menyumbang terhadap
kemajuan intelektual di Andalus. Buku-buku jauh lebih tersebar luas di
Al-Andalus dibanding di negara lainnya di Barat. Sejarah intelektual Al-Andalus
terlihat dari hasilnya berupa banyaknya ilmuwan Islam dan Yahudi.
Kemajuan intelektual
Al-Andalus bermula dari perseturuan intelektual antara Bani Umayyah yang menguasai
Al-Andalus, dengan Bani Abbasiyah yang berkuasa di Timur
Tengah.
Penguasa Umayyah berusaha memperbanyak perpustakaan dan lembaga pendidikan di
kota-kota Al-Andalus seperti Kordoba, untuk mengalahkan ibukota Abbasiyah Baghdad. Walaupun Bani Umayyah
dan Bani Abbasiyah saling bersaing, kedua kekhalifahan ini mengizinkan
perjalanan antara kedua kekhalifahan ini dengan bebas, yang membantu penyebaran
dan pertukaran ide serta inovasi dari waktu ke waktu.
Pada abad ke-10, kota Kordoba memiliki
700 masjid, 60.000 istana, dan 70 perpustakaan, dan salah satu
perpustakaan yang terbesar memiliki hingga 500.000 naskah. Sebagai
perbandingan, perpustakaan terbesar di Eropa Kristen saat itu memiliki tak
lebih dari 400 naskah, bahkan pada abad ke-14 Universitas Paris baru memiliki sekitar
2.000 buku. Perpustakaan, penyalin, penjual buku, pembuat
kertas, dan sekolah-sekolah di seluruh Al-Andalus menerbitkan sebanyak 60.000
buku tiap tahunnya, termasuk risalah, puisi, polemik dan antologi. Sebagai perbandingan, Spanyol modern menerbitkan rata-rata
46.300 buku tiap tahunnya, menurut UNESCO.
1. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian
dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang
dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap
filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama
pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886
M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor
dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan
universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu
pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani
Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof
besar pada masa sesudahnya.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut
Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir
tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam
menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti
masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli
fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid.
2. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain
juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan
astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim
ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu
terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil
membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan
bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan
banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang
negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier
(1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M)
menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus
filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang
kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
3. Fiqih
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki.
Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa
Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn
al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
4. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan
dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal
sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya
baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya
tersebar luas.
5. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di
Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan,
penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak
yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata
bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn
Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra
bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn
Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
C.
Tokoh-tokoh
Ilmuan Islam Andalusia
1.
Ibnu
Rusyd Filosofi
Islam Andalus
Sejarawan Said
Al-Andalusi
menulis bahwa Khalifah Abdurrahman III (912-961) mengumpulkan
sejumlah besar buku dan memberikan perlindungan bagi para ilmuwan yang
mempelajari kedokteran dan "ilmu-ilmu
kuno". Penggantinya Khalifah Al-Hakam II (Al-Mustansir),
|
Ibnu
Rusyd: filsuf, dokter, dan ilmuwan Muslim terkemuka dari Al-Andalus.
membangun
sebuah universitas dan sejumlah perpustakaan di Kordoba. Kordoba menjadi salah
satu pusat pembelajaran kedokteran dan filosofi
terkemuka di dunia
Namun
ketika anak Al-Hakam II Hisyam II naik takhta (976), kekuasaan yang
sebenarnya berada di tangan Al-Mansur
bin Abi Amir.[30] Ia merupakan tokoh agama
yang tidak menyukai ilmu pengetahuan, sehingga banyak buku yang dikumpulkan
dengan susah payah oleh Al-Hakam II dibakar di depan umum. Setelah kematian
Al-Mansur pada 1002, filosofi di Al-Andalus bangkit kembali. Sejumlah
cendikiawan terkenal bermunculan, termasuk Maslamah
Al-Majriti
(?-1008), seorang petualang
berani yang menjelajahi daerah-daerah Islam dan daerah lain, dan tergabung
dalam organisasi Ikhwan As-Shafa. Al-Majriti membantu
penerjemahan karya Ptolemeus Almagest, membuat dan memperbaiki
berbagai tabel astronomi, dan mempelopori geodesi serta triangulasi.[31]
Murid
Al-Majriti yang terkenal adalah Abu
Hakam Al-Kirmani,[32] yang kemudian menjadi
guru bagi filsuf dan dokter terkemuka Ibnu Bajjah (Avempace)
2. Maimonides
Filosofi dan kebudayaan Yahudi
Dengan adanya toleransi
terhadap Yahudi di Al-Andalus, dan mundurnya pusat kebudayaan Yahudi di Babilonia, Al-Andalus menjadi
pusat pemikiran-pemikiran intelektual Yahudi. Penulis-penulis seperti Judah
Halevi
(1086-1145) dan Dunash
ben Labrat
(920-990) memiliki sumbangan
terhadap kehidupan Al-Andalus, dan lebih penting lagi memberikan sumbangan
bagi perkembangan filosofi Yahudi. Puncak dari filsafat Yahudi adalah pemikir
Yahudi asal Al-Andalus Maimonides (1135-1205),
|
Maimonides,
filsuf dan dokter Yahudi terkenal dari Al-Andalus
yang
menerbitkan karya-karyanya di Maroko
dan Mesir,
karena menghindari dinasti Muwahidun yang berkuasa dengan keras di Al-Andalus.
Ia mengarang buku Panduan bagi yang Bingung, dan memperbaharui hukum
Yahudi, sehingga dijuluki "Musa
baru" (nama depan Maimonides sendiri adalah Moses/Musa).[14]
Alat-Alat Kedokteran Andalusia
Dokter dan tabib dari Al-Andalus memiliki
sumbangan yang penting bagi bidang kedokteran,
termasuk anatomi
dan fisiologi.
Di antaranya adalah Abul Qasim Az-Zahrawi
(Abulcasis), "bapak ilmu bedah modern",[33]
yang menuliskan Kitab at-Tashrif,
buku penting dalam kedokteran dan ilmu
bedah. At-Tashrif merupakan ensiklopedia
yang terdiri dari 30 volume, yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa
Latin dan digunakan dalam sekolah kedokteran
di kebudayaan Eropa maupun Islam selama berabad-abad.
|
Lukisan dari peralatan kedokteran pada masa
Al-Andalus.
D.
Proses
Akulturasi dan Asimilasi Islam dengan
Peradaban Andalusia
Pemikiran
apapun, tidak terkecuali filsafat, dalam pembentukannya sangat ditentukan oleh
faktor sosial dan ideologi yang melingkupinya. Kondisi sosial dan ideologi yang
mempengaruhi al-Ghazali telah membuat dirinya tertuntut untuk memberangus
filsafat dengan mengkafirkan para filsuf. Demikian juga faktor yang menjadi
pemicu terjadinya perbedaan antara pemikiran al-Ghazali, Ibnu Sina, al-Farabi
dan Ibnu Rushd adalah “payung” sosio-historis dan ideologis yang menaungi
masing-masing pemikir.
Di
dunia Islam belahan Timur, pemaduan filsafat dan agama sangat dipengaruhi oleh
kondisi sosial waktu itu. Perkembangan peradaban Islam yang begitu pesat,
lebih-lebih lagi keberadaan budaya lokal yang sangat hegemonik, membuat
kebutuhan akan rasionalitas guna mempercepat laju roda peradaban Islam sudah
begitu mendesak. Penuaian rasionalitas hanya bisa diwujudkan dengan upaya
penanaman pemikiran filsafat dalam peradaban Islam. Dengan demikian, filsafat
yang hadir di dunia Islam belahan Timur merupakan filsafat yang bernuansakan
keagamaan; penyatuan antara agama dengan filsafat, penyatuan yang tidak akan
tercapai tanpa adanya reduksi, atau bahkan distorsi.
Apa
yang terjadi di dunia Islam belahan Timur kiranya tidak sama dengan apa yang
terjadi di dunia Islam belahan Barat, di mana filsafat hadir melalui jalur
sains. Dunia Islam di Barat (Andalusia, Maroko dan sekitarnya) tidak disibukkan
dengan perlawanan terhadap hegemoni budaya lokal yang dapat membahayakan
eksistensi akidah. Tidak ada perpecahan kenegaraan yang mengharuskan
dilakukannya pemaduan sistem pemikiran (nizhâm al-fikr) yang sedang bertikai.
Tidak ada perang antaraliran yang memaksa dilakukannya penta’wilan terhadap
teks-teks agama. Agama dipahami sebagaimana awal kemunculannya. Begitu pula
filsafat yang dipelajari tanpa meleburkannya dengan agama; belum ada distorsi
dalam agama maupun filsafat. Tidak ada hal apapun yang mengharuskan
dilakukannya pemaduan antara agama dan filsafat.
Dari
segi politik, negara Islam belahan Barat tidak masuk dalam hegemoni negara Islam
belahan Timur. Konfrontasi dinasti Muwahhidin terhadap dinasti Murabithin telah
memunculkan “sekat pembatas” antara dunia Barat dan Timur Islam. Keberhasilan
Ibnu Tumart dalam mengkudeta dinasti Murabithin telah memaksa dirinya melakukan
mobilisasi terhadap para pengikutnya dengan sebuah ajaran yang ditujukan untuk
menghapus bias kesukuan yang sejak lama menodai setiap pengikutnya; berupa
pembaharuan keagamaan melalui seruan untuk kembali ke asal dalam pelbagai
dimensi pemikiran, baik akidah, fikih dan filsafat, dengan cara menghancurkan
“taklid buta” dalam segala bidang. Dalam bidang akidah, Ibnu Tumart menentang
keras pemikiran para ahli kalam yang membangun akidah dengan menggunakan
qiyâs-u al-ghâ’ib `alâ al-syâhid, sebab analogi tersebut akan membuahkan
indikasi adanya kesamaan antara Tuhan dengan makhluk-Nya. Sementara dalam
bidang fikih, ia menentang segala bentuk qiyâs yang menyamakan antara al-furû`
dengan al-ushûl, ia menyeru untuk mengembalikan segala permasalahan fikih
kepada al-Qur’an dan al-Sunnah secara langsung. Adapun dalam bidang filsafat,
ia berusaha membebaskan filsafat dari segala bentuk distorsi.
Perlawanan-perlawanan
telah dilakukan di Eropa, namun pemikiran Ibnu Rushd tetap tidak punah. Para
rahib Farniskan—sebagai fenomena baru dalam agama Kristen—telah menyelamatkan
pemikiran Ibnu Rushd. Mereka tidak tunduk kepada perintah para Baba di Roma,
bahkan menganggap para Baba Roma telah keluar dari orientasi awal ajaran Jesus.
Terjadilah pertikaian luar biasa antara pendeta Farniskan dengan pendeta
Dominikan. Di mata Farniskan perlawanan tersebut merupakan awal dari segala
kebebasan berpikir di Eropa, yaitu kebebasan yang hanya bisa terwujud melalui
pengembangan filsafat Arab Islam di Eropa.
Pengaruh
Ibnu Rushd kembali menguat di Eropa, tepatnya setelah Lois XI melakukan
pembaharuan terhadap keilmuan filsafat. Lois XI memerintahkan pembelajaran
terhadap filsafat Aristoteles yang telah dikomentari oleh Ibnu Rushd kepada
semua pelajar. Pemikiran Ibnu Rushd pada akhirnya mampu menunjukkan kekuatannya
setelah teraniaya pada abad ke tiga belas. Pada abad ini, posisi filsafat Ibnu
Rushd yang semula berada di bawah filsafat Ibnu Sina, terlihat mulai
mengungguli, bahkan juga terhadap semua bentuk aliran pemikiran yang berkembang
di Eropa, filsafat maupun agama. Hal ini kembali kepada beberapa faktor.
Pertama, pengakuan para teolog dan filsuf mengenai signifikansi filsafat
Aristoteles, yang dengan demikian memperlihatkan bahwa perbedaan antara mereka
hanya pada tataran penafsiran. Kedua, keturunan Aria yang berkembang di Eropa
mempunyai kelebihan tertentu dalam membidangi dunia filsafat. Ketiga, peran
Fadrik II dalam memerangi agama di Eropa melalui filsafat, telah memotivasi
penerjemahan pemikiran filsafat Islam di Eropa. Keempat, serangan Kristen terhadap
Islam cenderung mengabaikan etika-etika kemanusian, di mana secara tidak
langsung paradigma sopan-santun Shalahuddin al-Ayyubi telah memberikan pengaruh
mendalam terhadap kaum Kristiani untuk mengetahui lebih jauh pemikiran Islam;
paradigma yang berfungsi sebagai falsafah hidup yang tidak lagi memerlukan
penjelasan.
Pada
akhirnya filsafat Ibnu Rushd mampu mengalahkan otoritas institusi gereja,
bahkan berupaya memposisikan diri sebagai pengganti dari institusi gereja itu
sendiri. Ia telah berhasil menjadi sebuah pemikiran sakral yang tidak tersentuh
oleh dosa apapun, bagaikan agama yang manganggap suci semua pemikirannya, dan
siap memberangus setiap pemikiran yang berseberangan. Inilah yang membuat para
gerejawan terpaksa melakukan perdamaian dengan aliran filsafat tersebut.
EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Jelaskan secara
singkat bagaimana sejarah masuknya islam ke Andalusia ?
2. Analisislah apa
sebab-sebab kemenangan pasukan islam, dengan jumlah pasukan perang yang tidak
seimbang? (7000 Vs 100.000).
3. Jelaskan dengan singkat
factor-faktor kemajuan islam Andalusia ?
3.
Bagaimana konsep pendidikan Ibnu Rusyd sebagai Filosofi
Islam Andalus?
4. Bagaimana akulturasi
peradaban islam Andalusia?
5. Apakah ibrah yang
dapat diambil untuk masa sekarang dan akan datang ?
Daftar Pustaka:
4. Philip Kahitti.
Histori Of Arab. Al Madani Jakarta 2010
BAB II
KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DIANDALUSIA
A. Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia
B. Faktor Pendorong Kemajuan Islam di Andalusia
C. Ibrah Kemajuan Islam di
Andalusia
BAB III
KERUNTUHAN
PERADABAN ISLAM DIANDALUSIA
A. Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia
B. Faktor Pendorong Kehancuran
Islam di Andalusia
C. Ibrah Kehancuran Islam di
Andalusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar