Pages

Minggu, 10 Maret 2013

iSLAM Tinggal kenangan Masa Lalu, siapakah yang harus bertanggung jawab

-->
 MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
ISLAM DIANDALUSIA/SPANYOL HANYA TINGAL KENANGAN MASA LALU
Oleh Syahri. alwadanji
PETA KONSEP

1.    Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia
2.    Faktor Pendorong Kehancuran Islam di Andalusia
3.    Ibrah Kehancuran Islam di Andalusia


1.  Proses Masuknya Islam ke Andalusia
2.         Perkembangan Islam di Andalusia
3.         Tokoh-tokoh Pembawa Islam ke Andalusia
4.         Proses Akulturasi dan Asimilasi Islam dengan Peradaban Andalusia


1.    Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia
2.    Faktor Pendorong Kemajuan Islam di Andalusia
3.    Ibrah Kemajuan Islam di Andalusia

 


















SEJARAH KATA ANDALUSIA
Andalusia (bahasa Spanyol: Andalucía) adalah sebuah komunitas otonomi Spanyol. Andalusia adalah wilayah otonomi yang paling padat penduduknya dan yang kedua terbesar dari 17 wilayah yang membentuk Spanyol. Ibu kotanya adalah Sevilla.
Andalucia dibatasi di utara oleh Extremadura dan Castilla-La Mancha; di sebelah timur oleh Murcia dan Laut Mediterania; di sebelah barat oleh Portugal dan Samudra Atlantik (barat daya); di selatan oleh Laut Mediterania (tenggara) dan Samudra Atlantik (barat daya) terhubungkan oleh Selat Gibraltar di ujung selatan yang memisahkan Spanyol dari Maroko. Juga di selatan ia berbatasan dengan Gibraltar, koloni Britania Raya.
Nama Andalusia berasal dari nama bahasa Arab "Al Andalus", yang merujuk kepada bagian dari jazirah Iberia yang dahulu berada di bawah pemerintahan Muslim. Sejarah Islam Spanyol dapat ditemukan di pintu masuk al-Andalus. Tartessos, ibu kota dari Peradaban Tartessos yang dahulu besar dan berkuasa, terletak di Andalusia, dan dikenal di dalam Alkitab dengan nama Tarsus. Lebih banyak informasi tentang wilayah ini dapat ditemukan dalam entri Hispania Baetica, nama provinsi Romawi yang dahulu terletak di wilayah ini.
Budaya Andalusia sangat dipengaruhi oleh pemerintahan Muslim di wilayah itu selama delapan abad, yang berakhir pada 1492 dengan penaklukan kembali atas Granada oleh raja dan ratu Katolik.
Bahasa Spanyol yang digunakan di benua Amerika pada umumnya merupakan turunan dari dialek Andalusia dari Spanyol Castilian karena peranan yang dimainkan oleh Sevilla sebagai pintu gerbang ke wilayah-wilayah Spanyol di Amerika pada abad ke- 16 dan 17.
Andalusia terkenal karena arsitektur Moor-nya. Monumen-monumen terkenal di Andalusia antara lain adalah Alhambra di Granada, Mezquita di Córdoba dan menara Torre del Oro dan Giralda di Sevilla dan Reales Alcázares di Sevilla. Sisa-sisa penggalian arkeologis termasuk Medina Azahara, dekat Córdoba dan Itálica, dekat Sevilla.
BAB I
PROSES MASUKNYA ISLAM KEADALUSIA
A.          Proses Masuknya Islam ke Andalusia
Sebelum kedatangan umat Islam, daerah Iiberia merupakan kerajaan Hispania yang dikuasai oleh orang Kristen Visigoth. Pada tahun 711 M, pasukan Umayyah yang sebagian besar merupakan bangsa Moor dari Afrika Barat Laut, menyerbu Hispania dipimpin jenderal Tariq bin Ziyad, dan dibawah perintah dari Kekhalifahan Umayyah di Damaskus.
Pasukan ini mendarat di Gibraltar pada 30 April, dan terus menuju utara. Setelah mengalahkan Raja Roderic dari Visigoth dalam Pertempuran Guadalete (711 M), kekuasaan Islam terus berkembang hingga pada tahun 719 M. Hanya daerah Galicia, Basque dan Asturias yang tidak tunduk kepada kekuasaan Islam. Setelah itu, pasukan Islam menyeberangi Pirenia untuk menaklukkan Perancis, namun berhasil dihentikan oleh kaum Frank dalam pertempuran Tours (732 M). Daerah yang dikuasai Muslim Umayyah ini disebut provinsi Al-Andalus, terdiri dari Spanyol, Portugal dan Perancis bagian selatan yang disebut sekarang.
Benua Afrika, terutama Afrika utara merupakan daerah yang penting dalam kaitannya dengan Andalusia dan juga penyebaran Islam di Eropa. Ia merupakan pintu gerbang utama masuknya Islam ke wilayah yang selama berabad-abad lamanya di bawah kekuasaan Kristian dan menjadi benteng pertahanan Islam untuk ke wilayah Eropa.
Para sejawaran sepakat menyatakan bahawa kedatangan Islam ke Andalusia adalah di bawah pimpinan Tariq ibn Ziyad yang telah memimpin pasukan tentera menyeberangi lautan Gibralta menuju ke semenanjung Iiberia itu. Pasukan Islam yang hanya berjumlah 7000 orang itu perlu berdepan dengan tentera Visigoth yang berkekuatan 100,000 tentera lengkap bersenjata. Lalu bagi meningkatkan semangat dikalangan pasukan Islam, dikatakan bahawa Tariq ibn Ziyad mengarahkan agar kapal mereka dibakar, dan beliau berpidato:
“Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan
kalian, ke manakah kalian akan lari? Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah
kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahawa di pulau ini kalian lebih terlantar
dari pada anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian
telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat
besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa
kekuatan selain dari barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh
kalian. Seandainya pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini,
tanpa adanya perubahan yang berkesan, nescaya nama baik kalian akan hilang,
rasa gentar yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada
kalian. Oleh kerana itu, pertahankanlah jiwa kalian.”4

Kalimat terkenal ini dikobarkan oleh Tariq bagi menaikkan semangat pasukan tentara Islam dan akhirnya tercatat dalam sejarah penyebaran Islam ke Andalusia setelah tentara Visigoth tidak mampu melawan semangat jihad tentara Islam.
Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada di bawah imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri asal mereka, suatu daerah yang terletak diantara sungai Oder dan Vistuala. Penguasa daerah ini mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasaan Vandal ini kemudian diambil alih oleh orang-orang Gothic. Tak lama kemudian, dinasti merovingian dari kerajaan Frank merebutnya dari orang-orang Gothic, maka didirikanlah kerajaan Visigoth, yang wilayah itu dikenal dengan Vandalusia. Dan setelah kedatangan orang-orang Islam pada tahun 92H/711 m, sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia atau al-Andalus.(Hitti, 1970:498)
"Spain was now adat province of the caliphate. The Arabic name it assumed was al-Andalus".
Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal munculnya Islam di benua Eropa karena Spanyol merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana diinformasikan dalam buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat (dalam hal ini benua Eropa bagian Barat) terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah (pemimpin) AI-Walidbin Abdul Malik.
Pada saat itu Musa bin Nusair sebagai panglima perang khalifah dan Tariq bin Ziyad sebagai komandan lapangan, dimana keduanya dianggap sebagai tokoh pelaku utama atas masuknya Islam di Spanyol. Mereka berhasil mnguasai wilayah Afrika Utara dan kemudian menyebrang ke benua Eropa. (Nielsen, 1992: 1). Setelah masuknya Islam di Spanyol maka banyaklah kemajuan-kemajuan yang diperoleh dan hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tokoh-tokoh dan para ilmuwan yang muncul dari sana. Namun setelah berabad-abad lamanya Islam menguasai Spanyol, mulai mengalami kemunduran dan kehancuran bahkan kemudian Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini disebabkan berbagai faktor.
Di zaman Bani Umayyah, masa pemerintahan al-Walid Ibnu Abd al-Malik, Musa Ibnu Nushair diangkat sebagai amir untuk wilayah Afrika Utara dan Barat yang berkedudukan di Qairawan. Pada saat itu, Musa Ibnu Nushair menerima delegasi yang datang dari kota Ceuta yang terdiri dari Pangeran Yulian dan keluarga raja Witiza yang memerintah Spanyol. Maksud kedatangan mereka ke Qairawan adalah untuk meminta bantuan Amir Musa Ibnu Nushair guna menyerang dan menjatuhkan raja Visigoth di Spanyol bernama Roderck yang berkedudukan di Toledo.
Setelah memperoleh persetujuan khalifah al-Walid di Damaskus, Musa berangkat bersama pasukannya menyelusuri pesisir Afrika bagian Utara hingga bagian barat untuk menyeberang ke daratan Eropa. Untuk memasuki daratan Eropa itu, panglima Thariq Ibnu ziyad ditunjuk sebagi pemimpin pasukan dengan membawa 12.000 personil, dan bertindak sebagai petunjuk jalan adalah pangeran Yulian dan keluarga raja Witiza. Thariq bersama pasukannya menyeberang selat yang terletak antara Maroko dan benua Eropa, dan mendarat disuatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq).
Kedatangan pasukan Islam itu terdengar oleh raja Roderick melalui para saudagar yang menyaksikannya. Maka raja itupun mempersiapkan bala tentaranya untuk menghadapi pasukan Thariq. Pada tanggal 19 Juli 711, kedua pasukan bertemu ditepi sungai Rio Barbate, sehingga terjadilah pertempuran yang sengit. Pasukan Roderick terdesak dan dapat dikalahkan, bahkan roderick sendiri tewas tenggelam di Rio Babate ketika hendak melarikan diri.(Hitti, 1970 :493-494)
Kesuksesan di Rio Barbate mendorong semangat pasukan muslim untuk terus bergerak memasuki wilayah-wilayah kekuasaan Visigoth lainnya. Mula-mula bergerak ke Toledo dengan melewati dan menguasainya terlebih dahulu kota-kota Malaga, Elvira, Murcia dan Cordova. Kemudian Thariq terus bergerak hingga kebagian barat semenanjung Iiberia. Tariq mendapat dukungan penduduk taklukannya untuk menaklukkan wilayah-wilayah lainnya. (Chejne,1974:8)
Mendengar kesuksesan yang dicapai oleh Thariq Ibnu ziyad, maka Amir Musa Ibnu Nushair pada tahun 712 berangkat menuju Spanyol. la bersama pasukannya sebanyak 18.000 personil yang kebenyakan dari suku-suku Arab dengan menempuh jalur yang tidak dilewati oleh pasukan Thariq, la mampu menaklukkan Sidonia, Carmona, dan berhasil memasuki Sevilla, Huelva dan ahirnya mengikuti arah sungai, sampailah ia bersama pasukannya kekota Merido dan kota-kota kecil lainnya. Kemudian ia dapat bertemu dan bergabung dengan pasukan Thariq di Toledo pada bulan Juli 713.(Watt ,1992:15).
Kemenangan yang telah dicapai di Spanyol mengukir sejarah baru Islam di Eropa, Karena Spanyol merupakan pintu gerbang masuk ke Eropa. Untuk selanjutnya dapat menyampaikan dakwah Islamiyah keseluruh benua Eropa dengan mudah. Penaklukan yang dilakukan oleh Thariq Ibnu ziyad inilah merupakan asal-usul Islam di Spanyol.
B.    Perkembangan Islam di Andalusia
Perkembangan Peradaban Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual.  Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian membawa dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Ketika Andalusia di bawah pemerintahan Romawi, mereka telah membawa masuk orang-orang Yahudi yang mengakibatkan berlaku ketegangan antara orang Yahudi dan Kristian dan mereka sering berebut menduduki tahta pemerintahan, Ini telah melemahkan kerajaan Andalusia sehingga memberi peluang untuk Islam menaklukannya.
Kemenangan tentera pimpinan Tariq bin Ziyad telah membuka ruang untuk pasukan Islam terus menguasai Andalusia sehingga Tariq dapat meneruskan penguasaan ke Cordova dan Toledo. Sejak dari itu, Islam mula tersebar luas ke seluruh Andalusia dan bermulalah penguasaan Bani Umaiyyah di Andalus. 
Khalifah Bani Umaiyyah yang berpusat di Damsyik telah mewakilkan Gabernur untuk mentadbir Andalus. Seramai 20 orang Gabernur telah mentadbir Andalus dari tahun 718 –756M. Gabernur yang pertama ialah Abdul Aziz ibn Musa ibn Nusayr dan yang terakhir ialah Yusuf ibn Abdul Rahman al Fihri. Sejak dari itu, kemenangan demi kemenangan dapat dicapai oleh tentera Islam dalam usaha melebarkan kerajaan Islam dibumi Eropa termasuk Bandar Zaragoza, Leon dan beberapa buah bandar lain.
Apa yang menarik untuk diperhatikan sejarah pemerintahan Andalusia ini ialah pemerintahannya kekal di bawah penguasaan kerajaan Bani Umayyah, walaupun kerajaan Bani Abbasiyyah telah mula bertapak dan berpusat di kota Baghdad bermula pada tahun132H / 750M. Ini bermaksud, walaupun kerajaan Islam yang memimpin majoriti umat Islam sudah beralih kepada Bani Abbasiyyah, namun Andalusia terus diungguli oleh para pemerintah dari kelompok Umayyah.
1.  Pembangunan Dalam Bidang Militer dan Pemerintahan
Sebagai suatu wilayah negara, Spanyol Islam diperlengkapi dengan personil-personil militer lebih banyak dari jumlah ketika mereka datang. Dan untuk keamanan serta pertahanan kedaulatannya, Amir membangun kekuatan militer di Spanyol. la mendatangkan lebih dari 40.000 personil dari Afrika untuk dilatih dengan mendapat gaji baik, agar mereka benar-benar setia menghormati dan mau ikut menjaga kekuasaan Amir.(Hitti, 1970 508).


Pasukan militer dibedakan menjadi empat kelompok. Yaitu:
a.   Tentara tetap (Profesional) yang berpangkalan di Cordova.
b.   Tentara Reguler (Jund) yang dipimpin oleh penguasa wilayah militer.
c.   Tentara Irreguler (Belladi), yaitu orang-orang Arab yang datang bersama Musa Ibnu Nushair.
d.   Tentara luar biasa atau sukarelawan (Hasyid), yaitu orang-orang yang tidak diminta dan dengan sukarela bergabung bersama kekuatan militer (lmamuddin, 1981: 63).
Disamping pasukan darat, dibentuk pula kekuatan laut setelah adanya serangan mendadak Normandia di pantai barat Spanyol pada tahun 844-845 M. Kemudian dibangun menara-menara pengintai musuh yang melakukan kegiatan di samudra Atlantik di sepanjang pantai.
Setelah Abdurrahman al-Dkhil (Abdurrahman I) meninggal, maka pemerintahan dipegang oleh anaknya Hisyam I (789-796), Dia seorang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang Al-Qur'an dan sunnah, dan banyak dipengaruhi oleh ulama fikih. la meneruskan pembangunan masjid Cordova dan juga membangun terusan Cordova. Hisyam adalah seorang penguasa yang taqwa, adil dan lemah lembut serta darmawan. Dia menduduki tahta selama 8 tahun, tetapi banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai.
Setelah Hisyam wafat, ia diganti oleh ananya hakam I (796-822 M). Hakam adalah orang yang suku akan kemegahan dan pertunjukan-pertunjaukn serta sangat kecanduan dengan minuman anggur. Pada masa kekuasaannya terjadi pemberontakan yang dipelopori oleh Sulaiman dan Abdullah pamannya sendiri, yang akhirnya pemberontakan itu dapat dipadamkan. Sulaiman meninggal dan Abdullah diampuni setelah ia menyerah.
Sesudah Hakam meninggal; pemerintahan di pegang oleh putranya Abdurrahman II (822-852 M). Dengan pengalaman militernya yang tinggal dan kecakapannya dalam memimpin pemerintahan, Abdurahman II telah berhasil membawa Spanyol kembali kepada kedamaian dan kemakmuran. Di masanya Mesjid Cordova diperluas, dan banyak mesjid baru dibangun di kota-kota Jaen, Seville,dan di ibu kola Cordova sendiri. Barang-barang di impor dari Timur. Bendungan dan irigasi dibangun, ibu kota diperindah dengan taman-taman yang luas lagi indah yang dilalui oleh terusan-terusan yang mengalirkan air dari gunung-gunung. Jembatan-jembatan dibangun dan istana Cordova telah dapat menandingi istana di Bagdad. (Dozy, 1972:260). Setelah menjalankan pemerintahannya selama 30 tahun yang membawa kepada kemakmuran, Abdurahman II meninggal dunia pada tahun 852 M
Pemerintahan berikutnya setelah Abdurahman II wafat, Dipegang oleh anaknya Muhammad 1(852-886 M). Masa kekuasaanya banyak terjadi kerusuhan dalam negeri, antara lain: Pemberontakan rakyat Toledo, Pemberontakan orang-orang Kristen yang fanatik di Cordova yang telah ditumpas oleh Abdurahman II, namun mereka tetap berhubungan dengan raja Perancis, Charles Le Beld dengan tujuan mengajaknya untuk menyerang Spanyol. Akhirnya pemberontakan-pemberontakan itu dapat dipadamkan, bahkan pemberontakan itu di Tabanos yang merupakan sarang fanatisme dihancurkan. Para pemimpin mereka digantung. Muhammad I adalah orang yang bijak, adil, dan berani. Dia memperbaiki keadaan rakyat dengan kedermawanannya. La seorang yang rajin dalam meneliti urusan administrasi sekecil apapun.(Mahmudunnasir, 1993: 297). la meninggal dalam usia 65 tahun setelah menjalankan pemerintahannya selama 34 tahun.
Kemudian pemerintahan diganti oleh anaknya Munzir (886-888 M). la cukup mampu menumpas pemberontakan ketika ayahnya memerintah. Masa pemerintahannya yang begitu singkat diawarnai dengan kektidak damaian dan kericuhan. Setelah Munzir wafat, ia digantikan oleh saudaranya Abdullah (888-912). la memerintah cukup lama selama 25 tahun, tetapi masa kekuasaanya selalu mendapat tantangan yang cukup banyak.
Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Abd al-Rahman al-Nashir atau Abdurrahman III (912-961 M). Ia naik tahta dalam usia 23 tahun, usia yang relatif muda. Usaha yang dilakukannya pertama kali ditujukan kepada pengukuhan kesatuan dan stabilitas dalam negeri. Begitu ia dilantik ia mengirm utusan kepada gubernur-gubernur yang ada disemenanjung Iberia dan mengajak mereka untuk memberikan bai'at kepadanya. Sebagian diantara mereka menyambut seruan itu dengan baik dan sebagian yang lain tidak memperdulikannya. Dalam menghadapi penentanganya, Abdurahman III menumpasnya dengan militer sehingga dalam jangka 10 tahun umat Islam Spanyol bersatu kembali.(Benton, 1970: 1087).
Abdurahman III membangun beberapa buah istana dan memajukan pertanian rakyat. Rakyat taat kepadanya dan semua orang merasa hidup damai bersamanya. la mewajibkan penguasa-penguasa Kristen membayar upeti ke Cordova. Pada tahun 929, ia memproklamirkan dirinya sebagai khalifah. Pada masa kekuasaanya, Cordova merupakan pusat kebudayaan Islam yang penting di Barat sebagai tandingan Bagdad di Timur. Kalau di Bagdad ada bait al-Hikmah serta madrasah Nizamiah, dan Kairo ada al-Azhar serta Dar al-Hikmah, maka di Cordova ada universitas Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan. Perpustakaanya mengandung ratusan ribu buku.(Nasution, 1985:62)
Cordova, Constantinopel dan Bagdad adalah tiga kota yang merupakan pusat kebudayaan dunia pada saat itu. Di Cordopa terdapat 113.000 rumah, 70 Perpustakaan, sejumlah toko buku dan Mesjid, bermil-mil jalan aspal diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah yang berhampiran. Semuanya membuat Cordova memperoleh popularitas Internasional dan kekaguman para pengunjungnya. Banyak perutusan diplomatik berkumpul di Cordova, baik dari dalam maupun dari luar Spanyol. Delegasi berdatangan dari suku-suku Zanatah Afrika Utara yang kuat, dari dinasti Idrisi, dari raja-raja Kristen Prancis, Jerman dan Konstantinopel.
In this period Umayad Capital took its place as the most cultured city and Europe and, with Constabtinople and Bagdad, as one of the three cultural centres of the world. With its one hundred and thirteen thousand homes, twenty-one suburbs, seventy libraries and numerous book shops, mosques and palaces, it acquired international fame and inspired awe and admiration in the hearts of travellers. It enjoy miles of paved streets illuminated by lights from the bordering houses whereas. (Hitti, 1970: 526).

Abdurrahman III di anggap sebagai sang penyelamat imperium muslim Spanyol. Dengan berbagai kebijakan dan kemampuan intelektualnya, maka stabilitas nasional terkendali serta dapat menarik masyarakat Spanyol dengan tidak menimbulkan jurang pemisah antara kelas dan golongan agama yang ada, sehingga benar-benar tercipta suatu imperium Umayyah yang damai dan kuat di Spanyol. Setelah memegang kekuasaan selama 49 tahun, ia meninggal dunia pada bulan oktober 961 M.
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Hakam II (961-976 M). la meneruskan politik ayahnya dalam mempertahankan stabilitas pemerintahan dan kemakmuran negaranya. Hakam memiliki sifat yang mirif dengan ayahnya. Ia tetap mempertahankan menteri-menteri yang diangkat oleh ayahnya. Pada masa pemerintahannya la memerangi pemberontakan Kristen yang ingin melepaskan diri dari Spanyol. Sepeninggal Hakam II, Pemerintahan dipegang oleh Hisyam II (976-1009 M). Pada masa pemerintahannya, kekuasaan khalifah mengalami kemunduran. Kekuasaan umat Islam di Spanyol saat itu berada wazir dan wali Hisyam II yang bernama Ibnu Abi Amir, yang kemudian bergelar al-Mansur.

2. Pembangunan di Bidang Administrasi Sipil
Ketika Spanyol masih merupakan wilayah yang integral dengan Damaskus, Spanyol Islam adalah bagian dari propinsi magrib (wilayah Barat) yang ibu kotanya di Qairawan (sekarang Tunisia), maka konstitusi yang berlaku sesuai dengan yang ada di Damaskus. Sementara itu Spanyol terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu : Pusat, Timur dan Barat. Wilayah pusat meliputi kota Cordova, Granada, Malaga, Almeria, Jaen dan Toledo. Wilayah Timur meliputi Saragosa, Valencia, Murcia, Cartagena dan Albarraccin. Wilayah Barat meliputi . Sevilla, Jerez, Gibraltar, Tarifa, Beja, Budajoz, Merida, Silves dan lisbon.(Chejne, 1974: 138).
Untuk melaksanakan pemerintahannya dibetuk lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai tugas dan fungsi tertentu yang di tangani oleh orang-orang yang sesuai dengan ke ahliannya. Beberapa badan dan jabatan yang ada pada saat itu antara lain.
a.   Al-Hajib, yaitu pejabat yang paling berpengaruh di lingkungan istana, Sebagai media antara penguasa dengan pegawai-pegawai istana dan rakyat lainnya.
b.   Al-wazir atau mentri, yaitu orang yang menangani masalah keuangan, hubungan. Hubungan luar negeri dan keadilan. Jabatan ini kemudian menyamai jabatan hajib yang biasanya diduduki oleh para panglima militer.
c.   Al-Katib atau Sekretaris Negara, meliputi pekerjaan korespondensi dan pengiriman surat-surat serta dokument negara.
d.   Khazin al-Mal (petugas pajak), Yaitu orang yang mengurusi pajak-pajak dari seluruh propinsi.
e.   Al-Qadli atau Hakim, yang dibagi 3 bagian, yaitu hakim militer, hakim rakyat dan Hakim para hakim.
f.    Shahib al-Mazhalim, yaitu badan pengendalian atau semacam hakim yang bertugas mengoreksi penyimpangan-penyimpangan para pejabat. Biasanya jabatan ini ditangani oleh penguasa atau delegasinya.
Lembaga-Iembaga lain sebagai pembantu adalah lembaga kepolisian, inspektur pasar, dinas pekerjaan umum, dan lembaga perwakafan. Disamping itu ada Juga majelis-majelis yang diselenggarakan untuk membahas berbagai persoalan.
3.  Pembangunan di Bidang Perekonomian.
Masa pemerintahan abdurrahman II merupakan zaman kegemilangan Islam, karena pertumbuhan ekonomi yang baik terutama di bidang pertanian. Tanah-tanah gersang diubah menjadi lahan yang produktif. Guna meningkatkan produktivitas pertanian, Para ahli muslim melakukan study tentang tanah, menggunakan alat-alat baru untuk meratakan gundukan-gundukan dan tanah berpasir. Juga menggunakan pupuk untuk mempersubur tanah serta meningkatkan sistem irigasi.
Perkembangan kemajuan di bidang perdagangan sangat memberikan keuntungan, termasuk bea dan cukai, ekspor-impor yang dapat menempatkan kerajaan Islam Spanyol pada tingkat tertinggi penghasilannya. Perkembangan di bidang ekonomi ini ditopang juga oleh perencanaan pembelanjaan kerajaan yang terorganisir dengan baik sesuai rencana. (Sou'yb, 1981 :221).
4. Pembangunan Di Bidang IImu Pengetahuan
Banyak Amir yang menaruh perhatian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, diantaranya seperti apa yang dilakukan oleh Hisyam. Dia mendorong para Teolog untuk pergi ke Medinah guna mempelajari ajaran-ajaran Maliki. Dia mendirikan sekolah-sekolah untuk pengajaran bahasa Arab. Kota Cordova memiliki Perpustakaan yang besar yang memuat 600.000 jilid buku. Amir selalu mengupayakan penambahan dan penyempurnaan perpustakaan berikut buku-bukunya, baik dari dalam maupun luar negeri. (al-Hayyat,t.t.:34).
Amir sering menulis surat kepada setiap penulis kenamaan guna memeperoleh naskah karya ilmiah dan membayarnya sangat mahal. Pujangga arab, Abu Farj al-Aashfihani yang yang tinggal di Bagdad pernah didatangi utusan Amir Andalusia guna memperoleh naskah karangan lagu dan himpunan sajak al-Aghani dan diberinya hadiah 1000 dirham. (Brackelman, 1970:223).
Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari :
a.      Komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan)
b.      Al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam)
c.       Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara)
d.      Al-Shaqalibah (tentara bayaran yang dijual Jerman kepada penguasa Islam)
e.      Yahudi
f.       Kristen Muzareb yang berbudaya Arab
g.      Kristen yang masih menentang kehadiran Islam
Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Andalusia - Spanyol.
Banyak suku, agama, dan ras hidup bersama-sama di Al-Andalus, dan masing-masing menyumbang terhadap kemajuan intelektual di Andalus. Buku-buku jauh lebih tersebar luas di Al-Andalus dibanding di negara lainnya di Barat. Sejarah intelektual Al-Andalus terlihat dari hasilnya berupa banyaknya ilmuwan Islam dan Yahudi.
Kemajuan intelektual Al-Andalus bermula dari perseturuan intelektual antara Bani Umayyah yang menguasai Al-Andalus, dengan Bani Abbasiyah yang berkuasa di Timur Tengah. Penguasa Umayyah berusaha memperbanyak perpustakaan dan lembaga pendidikan di kota-kota Al-Andalus seperti Kordoba, untuk mengalahkan ibukota Abbasiyah Baghdad. Walaupun Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah saling bersaing, kedua kekhalifahan ini mengizinkan perjalanan antara kedua kekhalifahan ini dengan bebas, yang membantu penyebaran dan pertukaran ide serta inovasi dari waktu ke waktu.
Pada abad ke-10, kota Kordoba memiliki 700 masjid, 60.000 istana, dan 70 perpustakaan, dan salah satu perpustakaan yang terbesar memiliki hingga 500.000 naskah. Sebagai perbandingan, perpustakaan terbesar di Eropa Kristen saat itu memiliki tak lebih dari 400 naskah, bahkan pada abad ke-14 Universitas Paris baru memiliki sekitar 2.000 buku.  Perpustakaan, penyalin, penjual buku, pembuat kertas, dan sekolah-sekolah di seluruh Al-Andalus menerbitkan sebanyak 60.000 buku tiap tahunnya, termasuk risalah, puisi, polemik dan antologi. Sebagai perbandingan, Spanyol modern menerbitkan rata-rata 46.300 buku tiap tahunnya, menurut UNESCO.
1. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid.
2. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
3. Fiqih
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
4. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
5. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
C.    Tokoh-tokoh Ilmuan Islam Andalusia
1.        Ibnu Rusyd Filosofi Islam Andalus
Sejarawan Said Al-Andalusi menulis bahwa Khalifah Abdurrahman III (912-961) mengumpulkan sejumlah besar buku dan memberikan perlindungan bagi para ilmuwan yang mempelajari kedokteran dan "ilmu-ilmu kuno". Penggantinya Khalifah Al-Hakam II (Al-Mustansir),
Ibnu Rusyd: filsuf, dokter, dan ilmuwan Muslim terkemuka dari Al-Andalus.
membangun sebuah universitas dan sejumlah perpustakaan di Kordoba. Kordoba menjadi salah satu pusat pembelajaran kedokteran dan filosofi terkemuka di dunia
Namun ketika anak Al-Hakam II Hisyam II naik takhta (976), kekuasaan yang sebenarnya berada di tangan Al-Mansur bin Abi Amir.[30] Ia merupakan tokoh agama yang tidak menyukai ilmu pengetahuan, sehingga banyak buku yang dikumpulkan dengan susah payah oleh Al-Hakam II dibakar di depan umum. Setelah kematian Al-Mansur pada 1002, filosofi di Al-Andalus bangkit kembali. Sejumlah cendikiawan terkenal bermunculan, termasuk Maslamah Al-Majriti (?-1008), seorang petualang berani yang menjelajahi daerah-daerah Islam dan daerah lain, dan tergabung dalam organisasi Ikhwan As-Shafa. Al-Majriti membantu penerjemahan karya Ptolemeus Almagest, membuat dan memperbaiki berbagai tabel astronomi, dan mempelopori geodesi serta triangulasi.[31]
Murid Al-Majriti yang terkenal adalah Abu Hakam Al-Kirmani,[32] yang kemudian menjadi guru bagi filsuf dan dokter terkemuka Ibnu Bajjah (Avempace)
2.     Maimonides Filosofi dan kebudayaan Yahudi
Dengan adanya toleransi terhadap Yahudi di Al-Andalus, dan mundurnya pusat kebudayaan Yahudi di Babilonia, Al-Andalus menjadi pusat pemikiran-pemikiran intelektual Yahudi. Penulis-penulis seperti Judah Halevi (1086-1145) dan Dunash ben Labrat (920-990) memiliki sumbangan terhadap kehidupan Al-Andalus, dan lebih penting lagi memberikan sumbangan bagi perkembangan filosofi Yahudi. Puncak dari filsafat Yahudi adalah pemikir Yahudi asal Al-Andalus Maimonides (1135-1205),
Maimonides, filsuf dan dokter Yahudi terkenal dari Al-Andalus
yang menerbitkan karya-karyanya di Maroko dan Mesir, karena menghindari dinasti Muwahidun yang berkuasa dengan keras di Al-Andalus. Ia mengarang buku Panduan bagi yang Bingung, dan memperbaharui hukum Yahudi, sehingga dijuluki "Musa baru" (nama depan Maimonides sendiri adalah Moses/Musa).[14]

Alat-Alat Kedokteran Andalusia

Dokter dan tabib dari Al-Andalus memiliki sumbangan yang penting bagi bidang kedokteran, termasuk anatomi dan fisiologi. Di antaranya adalah Abul Qasim Az-Zahrawi (Abulcasis), "bapak ilmu bedah modern",[33] yang menuliskan Kitab at-Tashrif, buku penting dalam kedokteran dan ilmu bedah. At-Tashrif merupakan ensiklopedia yang terdiri dari 30 volume, yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa Latin dan digunakan dalam sekolah kedokteran di kebudayaan Eropa maupun Islam selama berabad-abad.

 

Lukisan dari peralatan kedokteran pada masa Al-Andalus.


D.    Proses Akulturasi dan Asimilasi Islam dengan Peradaban Andalusia
Pemikiran apapun, tidak terkecuali filsafat, dalam pembentukannya sangat ditentukan oleh faktor sosial dan ideologi yang melingkupinya. Kondisi sosial dan ideologi yang mempengaruhi al-Ghazali telah membuat dirinya tertuntut untuk memberangus filsafat dengan mengkafirkan para filsuf. Demikian juga faktor yang menjadi pemicu terjadinya perbedaan antara pemikiran al-Ghazali, Ibnu Sina, al-Farabi dan Ibnu Rushd adalah “payung” sosio-historis dan ideologis yang menaungi masing-masing pemikir.
Di dunia Islam belahan Timur, pemaduan filsafat dan agama sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial waktu itu. Perkembangan peradaban Islam yang begitu pesat, lebih-lebih lagi keberadaan budaya lokal yang sangat hegemonik, membuat kebutuhan akan rasionalitas guna mempercepat laju roda peradaban Islam sudah begitu mendesak. Penuaian rasionalitas hanya bisa diwujudkan dengan upaya penanaman pemikiran filsafat dalam peradaban Islam. Dengan demikian, filsafat yang hadir di dunia Islam belahan Timur merupakan filsafat yang bernuansakan keagamaan; penyatuan antara agama dengan filsafat, penyatuan yang tidak akan tercapai tanpa adanya reduksi, atau bahkan distorsi.
Apa yang terjadi di dunia Islam belahan Timur kiranya tidak sama dengan apa yang terjadi di dunia Islam belahan Barat, di mana filsafat hadir melalui jalur sains. Dunia Islam di Barat (Andalusia, Maroko dan sekitarnya) tidak disibukkan dengan perlawanan terhadap hegemoni budaya lokal yang dapat membahayakan eksistensi akidah. Tidak ada perpecahan kenegaraan yang mengharuskan dilakukannya pemaduan sistem pemikiran (nizhâm al-fikr) yang sedang bertikai. Tidak ada perang antaraliran yang memaksa dilakukannya penta’wilan terhadap teks-teks agama. Agama dipahami sebagaimana awal kemunculannya. Begitu pula filsafat yang dipelajari tanpa meleburkannya dengan agama; belum ada distorsi dalam agama maupun filsafat. Tidak ada hal apapun yang mengharuskan dilakukannya pemaduan antara agama dan filsafat.
Dari segi politik, negara Islam belahan Barat tidak masuk dalam hegemoni negara Islam belahan Timur. Konfrontasi dinasti Muwahhidin terhadap dinasti Murabithin telah memunculkan “sekat pembatas” antara dunia Barat dan Timur Islam. Keberhasilan Ibnu Tumart dalam mengkudeta dinasti Murabithin telah memaksa dirinya melakukan mobilisasi terhadap para pengikutnya dengan sebuah ajaran yang ditujukan untuk menghapus bias kesukuan yang sejak lama menodai setiap pengikutnya; berupa pembaharuan keagamaan melalui seruan untuk kembali ke asal dalam pelbagai dimensi pemikiran, baik akidah, fikih dan filsafat, dengan cara menghancurkan “taklid buta” dalam segala bidang. Dalam bidang akidah, Ibnu Tumart menentang keras pemikiran para ahli kalam yang membangun akidah dengan menggunakan qiyâs-u al-ghâ’ib `alâ al-syâhid, sebab analogi tersebut akan membuahkan indikasi adanya kesamaan antara Tuhan dengan makhluk-Nya. Sementara dalam bidang fikih, ia menentang segala bentuk qiyâs yang menyamakan antara al-furû` dengan al-ushûl, ia menyeru untuk mengembalikan segala permasalahan fikih kepada al-Qur’an dan al-Sunnah secara langsung. Adapun dalam bidang filsafat, ia berusaha membebaskan filsafat dari segala bentuk distorsi.
Perlawanan-perlawanan telah dilakukan di Eropa, namun pemikiran Ibnu Rushd tetap tidak punah. Para rahib Farniskan—sebagai fenomena baru dalam agama Kristen—telah menyelamatkan pemikiran Ibnu Rushd. Mereka tidak tunduk kepada perintah para Baba di Roma, bahkan menganggap para Baba Roma telah keluar dari orientasi awal ajaran Jesus. Terjadilah pertikaian luar biasa antara pendeta Farniskan dengan pendeta Dominikan. Di mata Farniskan perlawanan tersebut merupakan awal dari segala kebebasan berpikir di Eropa, yaitu kebebasan yang hanya bisa terwujud melalui pengembangan filsafat Arab Islam di Eropa.
Pengaruh Ibnu Rushd kembali menguat di Eropa, tepatnya setelah Lois XI melakukan pembaharuan terhadap keilmuan filsafat. Lois XI memerintahkan pembelajaran terhadap filsafat Aristoteles yang telah dikomentari oleh Ibnu Rushd kepada semua pelajar. Pemikiran Ibnu Rushd pada akhirnya mampu menunjukkan kekuatannya setelah teraniaya pada abad ke tiga belas. Pada abad ini, posisi filsafat Ibnu Rushd yang semula berada di bawah filsafat Ibnu Sina, terlihat mulai mengungguli, bahkan juga terhadap semua bentuk aliran pemikiran yang berkembang di Eropa, filsafat maupun agama. Hal ini kembali kepada beberapa faktor. Pertama, pengakuan para teolog dan filsuf mengenai signifikansi filsafat Aristoteles, yang dengan demikian memperlihatkan bahwa perbedaan antara mereka hanya pada tataran penafsiran. Kedua, keturunan Aria yang berkembang di Eropa mempunyai kelebihan tertentu dalam membidangi dunia filsafat. Ketiga, peran Fadrik II dalam memerangi agama di Eropa melalui filsafat, telah memotivasi penerjemahan pemikiran filsafat Islam di Eropa. Keempat, serangan Kristen terhadap Islam cenderung mengabaikan etika-etika kemanusian, di mana secara tidak langsung paradigma sopan-santun Shalahuddin al-Ayyubi telah memberikan pengaruh mendalam terhadap kaum Kristiani untuk mengetahui lebih jauh pemikiran Islam; paradigma yang berfungsi sebagai falsafah hidup yang tidak lagi memerlukan penjelasan.
Pada akhirnya filsafat Ibnu Rushd mampu mengalahkan otoritas institusi gereja, bahkan berupaya memposisikan diri sebagai pengganti dari institusi gereja itu sendiri. Ia telah berhasil menjadi sebuah pemikiran sakral yang tidak tersentuh oleh dosa apapun, bagaikan agama yang manganggap suci semua pemikirannya, dan siap memberangus setiap pemikiran yang berseberangan. Inilah yang membuat para gerejawan terpaksa melakukan perdamaian dengan aliran filsafat tersebut.

EVALUASI PEMBELAJARAN
1.     Jelaskan secara singkat bagaimana sejarah masuknya islam ke Andalusia ?
2.     Analisislah apa sebab-sebab kemenangan pasukan islam, dengan jumlah pasukan perang yang tidak seimbang? (7000 Vs 100.000).
3.     Jelaskan dengan singkat factor-faktor kemajuan islam Andalusia ?
3.        Bagaimana konsep pendidikan Ibnu Rusyd  sebagai Filosofi Islam Andalus?
4.     Bagaimana akulturasi peradaban islam Andalusia?
5.     Apakah ibrah yang dapat diambil untuk masa sekarang dan akan datang ?

Daftar Pustaka:
2.     http://www.albalagh.net/kids/history/qurtuba.shtml. Diakses pada 3 Agustus 2011.
3.     http://www.islamawareness.net/Europe/Italy/rennaissance.html. Diakses pada 3 Agustus 2011
4.     Philip Kahitti. Histori Of Arab. Al Madani Jakarta 2010









BAB II
KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DIANDALUSIA
A.  Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia
B.  Faktor Pendorong Kemajuan Islam di Andalusia
C.  Ibrah Kemajuan Islam di Andalusia
BAB III
KERUNTUHAN PERADABAN ISLAM DIANDALUSIA
A.  Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia
B.  Faktor Pendorong Kehancuran Islam di Andalusia
C.  Ibrah Kehancuran Islam di Andalusia























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar